Oleh: Ady Amar
Hidayatullah.com | Pak Isran Noor, Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), jadi berita seharian kemarin. Bukan berita pada prestasi yang diukir, tapi lebih pada narasi fiksional tentang Surga. Ia mampu meramal seseorang memasukinya.
Isran Noor berujar, bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi), akan masuk Surga. Tentu dengan sarat yang diberikan, itu jika saja Presiden Jokowi bisa memindahkan ibu kota negara ke Kaltim.
Bahkan ada imbuhan darinya, yang disampaikan pada Jokowi, bahwa tidak perlu melakukan ibadah sekalipun Pak Jokowi akan tetap masuk surga. Itu tadi, dengan syarat bisa pindahkan ibu kota ke Kaltim.
Isran Noor, bisa juga disebut gubernur yang sekaligus berprofesi sebagai calo. Ya, calo ke Surga. Entah apa nanti juga otomatis menyeretnya sebagai calo tanah, atau bahkan tuan tanah, yang menguasai ibu kota baru. Tidak ada yang tahu.
Isran Noor mengatakan itu langsung pada Pak Jokowi. Dan lalu terjadi dialog, kok bisa? tanyanya. Dan dijawab calo dan peramal itu dengan jawaban, karena bapak telah meluluskan keinginan tiga presiden sebelumnya.
Lalu disebutlah tiga nama presiden itu, Soekarno, Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang juga punya cita-cita pindahkan ibu kota. Dan Pak Jokowi yang akan meneruskan cita-cita mereka, karena itu ia diganjar Surga.
Bagaimana dengan nasib tiga presiden yang hanya punya cita-cita memindahkan ibu kota, apa lalu mereka terhalang masuk surga. Itu agaknya Pak Isran yang tahu, tapi sayang ia tidak sudi menjelaskannya.
Lalu lagi, bagaimana pula nasib presiden lainnya, yang tidak termasuk tiga nama tadi, Habibie, Aburrahman Wahid, Megawati, yang sedikitpun tidak punya cita-cita menjadikan Kaltim sebagai ibu kota negara. Itu pun tidak disinggungnya.
Karenanya, jika saja sampai Pak Jokowi tidak bisa memindahkan ibu kota, maka jika menilik ujaran Pak Isran Noor tadi, maaf, ia bisa masuk neraka. Itu kesimpulan yang bisa diambil, jika merujuk pada pindah ibu kota diganjar Surga.
Simpel benar analogi yang disampaikan Pak Isran Noor itu, tentang penghuni surga. Dan itu tentang Pak Jokowi sebagai salah satu penghuninya, meski tanpa melakukan ibadah sekalipun.
Jangan Memainkan Agama
Ujaran Pak Isran Noor itu tampak berlebihan, terkesan main-main, meski ia menyampaikannya dengan serius. Ia menggampangkan masalah agama dengan kepentingan sempit.
Beragama seolah dibuat gampang, agama bisa ditransaksikan bahkan tanpa ibadah sekalipun. Dalam konteks Jokowi, jika ia bisa mewujudkan ibu kota baru. Tentu yang dipakai adalah dalil kepentingan.
Memakai agama untuk main-main, seperti apa yang dilakukan Pak Isran Noor itu, sungguh laku nekat. Meski sekalipun ia sampaikan itu sekadar kelakar. Tidak ada ruang sedikitpun agama boleh dibuat main-main atau bahan candaan.
Karenanya, seharian kemarin respons beragam atas ujaran atas Pak Irsan Noor muncul. Semuanya “mengecamnya”, bahkan menyebutnya seolah ia Tuhan yang tahu siapa yang akan menghuni Surga-Nya.
Fenomena “calo” Surga untuk menyenangkan seseorang, itu memang hal biasa. Seperti seseorang yang jika dibantu, lalu ia mengatakan, Terima kasih, bantuan ini yang akan menghantarkan Anda ke Surga.
Tentu itu bentuk kesyukuran atas bantuannya, maka meluncur kalimat itu. Kalimat yang bersandar, bahwa berbuat kebaikan akan diganjar Surga. Tentu tanpa embel-embel sesat, meski tanpa beribadah.
Jangan memain-mainkan agama untuk kepentingan sempit. Agama itu sakral, dan itu Wibawa Tuhan. Soal siapa yang masuk surga dan neraka, itu urusan Tuhan. Tentu dengan persyaratan-persyaratan yang diatur-Nya.
Menyenangkan seseorang dengan mengecilkan-mengabaikan persyaratan yang ditentukan Tuhan (ibadah), itu sama dengan melawan-Nya.
Masih ada waktu bagi Pak Isran Noor untuk beristighfar, memohon maaf atas kelancangan mulut yang dibuatnya, tentu jika itu disadarinya. Sekali lagi, istighfar, Pak Isran… (*)
Kolumnis, tinggal di Surabaya