Sambungan artikel PERTAMA
oleh: Guntara Nugraha Adiana Poetra
Keintelektualan seseorang seharusnya menjadi sarana memahami agama Allah yang penuh kemudahan serta menjadikan lebih dekat denganNya, bukan menjadi pembantah hebat.
Agama yang lurus bukan penuh kerancuan, jika akal benar-benar difungsikan, maka tabir yang tersembunyi bisa terkupas, bukan dengan dugaan, doktrin, apalagi dogma semata.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Agama itu mudah, agama yang disenangi Allah (ialah) yang benar lagi mudah.” (HR. Bukhari)
Sabda Nabi tersebut senada dengan firman Allah Ta’ala di surat Al Hajj ayat 78:
هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan”
Secara fitrah, manusia mengetahui siapa yang telah menciptakan alam semesta beserta aksesorisnya, jika setiap orang ditanya demikian, maka jawabannya “Allah”.
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, Niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Az Zukhruf: 9)
Setiap insan tahu betapa rapuh dirinya, kecuali yang tidak mengenal fitrahnya, ia sulit menyadarinya. Tatkala mendapat musibah, manusia akan mengadu kepada Tuhan, begitu juga para Nabi mengadukan segala keluh kesah dan memohon segala sesuatunya hanya kepada Allah Ta’ala.
Kami cukupkan surat cinta ini dengan firmanNya sebagai jawaban terbaik;
وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka, dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (QS. Al Anfal: 33). Mengatapa kita tak juga mengambil pelajaran darinya?
Penulis dosen Komunikasi & Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung (UNISBA)