Sambungan artikel PERTAMA
Oleh: Henri Shalahuddin
Tentang Syiah di Saudi Arabia Selatan
Sebelum saya memaparkan ada tidaknya Syiah di wilayah Saudi Selatan yang dikira Dr. Babul sebagai “peluang emas” untuk mempermalukan Dr. Hamid, ada baiknya saya kutipkan tulisan 6 baris pertama dari kata pengantar beliau seperti tercetak dalam buku “Teologi dan Ajaran Shi’ah Menurut Referensi Induknya” (hal. ix)
“Pada dua dekade terakhir ini isu berkembangnya Shi’ah dan konflik yang diakibatkannya terdengar di mana-mana. Di negara-negara Arab seperti di Iraq, Bahrain, Kuwait, Saudi Arabia Selatan, terdengar demo-demo kaum Shi’ah. Di Syiria konflik yang sesungguhnya adalah antara pemerintah yang Shi’ah dengan rakyat penganut Ahlussunnah.”
Pengutipan ulang pernyataan Dr. Hamid di atas saya anggap penting, setidaknya dengan maksud sbb:
(i) membaca secara utuh apa yang telah Dr. Hamid tulis dengan bahasa yang “ma qalla wa dalla”, singkat-padat-selamat.
(ii) untuk membandingkan apa yang ditulis Dr. Hamid dan apa yang diceritakan oleh Dr. Babul dengan ungkapan yang begitu “wow”; sekaligus dijadikan alat untuk membanggakan diri – hingga “nunut kamukten”, numpang tenar, dengan memperolok-olok Dr. Hamid.
(iii) tulisan 6 baris di atas sebegitunya bisa menyengat emosi dan nalar Dr. Babul hingga seperti kehilangan keseimbangan jiwa.
Selanjutnya, marilah kita simak ungkapan bombastis tokoh Dewan Syura IJABI ini:
“Hamid juga menyebut Syiah di Saudi Arabia Selatan sebagai sumber konflik. Di wilayah ini seringkali terdengar demo kaum Syiah, tulis Hamid. Tentu saja ini asumsi yang sangat tidak berdasar. Di Arab Saudi Selatan tidak ada Syiah, bung. Syi’ah di Saudi terkonsentrasi di wilayah Timur, bukan Selatan. Bahasa Arabnya al-Manthiqah al-Syarqiyah.”
Saya sepakat bahwa Syiah banyak terdapat di wilayah Saudi timur, tapi bukan berarti tidak ada Syiah di Saudi selatan. Di Saudi timur, Syiah yang berkembang adalah Syiah Imamiyah Dua Belas dan itu jumlahnya hanya sekitar 24% dari total penduduk Saudi Timur (bukan total penduduk seluruh Saudi). Lihat misalnya Kitab al-Tajamu’at al-Shi’iyyah fi al-‘Alam al-‘Arabi, 2009: 31, atau http://saaid.net/book/16/7764.pdf. Selain itu Syiah sekte Imamiyah 12 ini juga terdapat di perkampungan ‘Awali, Madinah. Mereka biasa dikenal dengan sebutan “An-Nakhawalah”. Demikian pula terdapat komunitas mereka di Riyadh, Hafr, dan beberapa kawasan Saudi Barat.
Adapun di Saudi Selatan, sekte Syiah yang berkembang adalah Ismailiyyah dan Zaidiyyah. Mereka ini datang dari Yaman. Syiah Zaidiyyah, di samping berkembang di wilayah selatan, mereka juga menempati di wilayah Barat. (http://www.aljazeera.net/specialfiles/pages/61A44766-96E7-44AD-92CB-51041277504E; dan http://albainah.com/Index.aspx?function=Item&id=6423&lang=)
Syiah di Saudi selatan kebanyakannya adalah sekte Isma’iliyya Makarima dan dibawah perlindungan kabilah Yam, oleh karena itu sekte Syiah ini dinisbahkan “Yami”. Syiah Yami ini memisahkan diri dari Syiah Ismailiyya yang dipimpin oleh Aga Khan. Syeikh Yami saat ini adalah Syarafi bin Jabir Husain Ali Jabir dan lebih dikenal dengan julukan Abu Saaq (si betis). Julukan ini disematkan padanya karena Jabir (bapaknya Syarafi) mempunyai betis yg besar sebelah.
Di sekitar kawasan Najran (Saudi Selatan) terdapat beberapa perkampungan yang warganya bercampur baur antara pengikut Ahlussunnah dan sekte Isma’iliyyah, misalnya perkampungan Zur Harits, Ghidhiya, Jarbah, Faisailiyyah, ‘Arisah, dll.
Namun juga terdapat sekitar 34 perkampungan di Najran yang warganya khusus penganut sekte Isma’iliyyah, diantaranya: Aba Sa’ud, Ben Munjim, Qutn, Tsar, Zur ‘Amari, Khadhra, Khabasy, dll. (http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=122602; http://www.ismaili.net/html/modules.php?file=viewtopic&name=phpBB2&op=modload&t=1092). Tentang keberadaan Syiah Isma’iliyyah di wilayah selatan ini juga diakui oleh salah satu ustadz senior Syiah ABI dalam sebuah diskusi kami. Semoga beliau berkenan memberitai Dr. Babul dengan segala lapang dada, meskipun berbeda ormas.
Adapun berkenaan dengan masalah rebutan mengaku paling ilmiah, saya percaya Dr. Babul bisa menulis lebih ilmiah lagi daripada yg sdh ditulis. Tentunya tetap fokus kepada telaah kandungan buku, bukan menelaah tv seperti rodja, wesal, atau stigmatisasi wahabi, takfiri, teroris, dan beragam cerita lainnya yang tidak jelas juntrungnya hingga membawa-bawa nama artis segala. Karena saya percaya ada perbedaan mendasar antara pendekatan tukang cerita dengan pendekatan seorang akademisi sekelas Doktor Babul Ulum (yang berarti gerbang ilmu pengetahuan).
Oleh karena itu saya hanya berharap semoga ke depannya Dr. Babul mau menyajikan tulisan yang benar-benar menunjukkan kapasitasnya & tidak bertaqiyah sebagai tukang cerita. Sehingga dengan begitu komunitas Syiah IJABI ikut merasakan manfaat dari keberadaan beliau di situ, dan mendorong munculnya pemikir2 Syiah Nusantara yang berkualitas & bermartabat. Amin..
Sebab bagaimana pun tulisan beliau seperti dimuat dlm link: http://www.majulah-ijabi.org/khazanah/telaah-buku-teologi-dan-ajaran-shiah-menurut-referensi-induknya-1; dan http://www.majulah-ijabi.org/khazanah/telaah-buku-teologi-dan-ajaran-shiah-menurut-referensi-induknya-2 hanya mengingatkan saya pada peribasa melayu klasik: “Kalau kail panjang sejengkal, jangan lautan hendak diduga”. Tentunya kita semua tdk berharap terulang kembali.
Terakhir sekali saya mohon maaf sekiranya beberapa bagian tulisan saya sudah membuat Dr. Babul kurang berkenan. Meskipun kita berbeda, tetapi semoga silaturahim di antara kita bisa berjalan dengan baik. Sebab saya pribadi mempunyai beberapa teman akrab yg menganut paham Syiah, khususnya saat kerja di Melbourne. Bahkan saya masih ingat saat motor saya kehabisan bensin di KL, teman saya dari Iran mengantarkan saya beli bensin yg kalo jalan kaki lumayan jauh. Jadi Dr. Babul jangan merasa canggung jika nantinya kita ditakdirkan ketemu di suatu tempat. In sya Allah semuanya akan berlangsung dalam suasana yang akrab dan nyaman.
Semoga kita semuanya selalu dalam Hidayah dan Bimbingan Allah hingga husnul khatimah. Hadanallah wa iyyakum ajma’in. wal hamdulillahi rabbil alamin.*
Penulis adalah editor buku “Teologi dan Ajaran Shi’ah Menurut Referensi Induknya”