Hidayatullah.com — Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Dr Syamsuddin Arif, dalam kunjungannya ke Kota Balikpapan, Kalimantan Timur belum lama ini, mengajak warga masyarakat khususnya umat Islam berpegang teguh pada kebenaran hakiki.
Ia memberikan permisalan orang yang membeli gadget. Ada yang membeli gadget bermerek terkenal meskipun dengan harga tinggi.
Kenapa orang tersebut mau membeli gadget berharga tinggi sekalipun? Karena, katanya, orang itu tahu kualitas barang dari merek tersebut.
Di sisi lain, masih tuturnya, ada juga pembeli gadget bermerek dan bertipe yang sama, namun dengan harga jauh lebih rendah, yang ternyata adalah barang “KW” alias bukan produk asli merek tersebut.
Orang tipe ini, kata Dr Syamsuddin Arif, telah membeli produk bermerek tidak hakiki.
Begitulah permisalan antara orang-orang yang memilih kebenaran hakiki dan orang-orang yang memilih kebenaran tidak hakiki alias “kebenaran KW”.
“Ini bukan promosi (menyebut sebuah merek berlogo buah digigit, red), tapi promosi Al-Haq (kebenaran hakiki),” ujar Dr Syamsuddin Arif di depan jamaah Masjid Ar-Riyadh, Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Senin (30/01/2023) malam.
Pada kesempatan itu, ia mengajak segenap masyarakat khususnya umat Islam untuk tetap istiqamah menjalankan amanah masing-masing.
Baik yang diamanahkan sebagai pelajar, mahasiswa, guru, dai, petugas kebersihan, dan lain sebagainya.
“(Menjalankan semua) itu adalah cara untuk mengangkat Islam sebagaimana dahulu,” ujar alumnus Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, ini.
Masih di Teritip, Dr Syamsuddin Arif juga mengangkat tema seputar moderasi beragama dalam Kuliah Umum STIS Hidayatullah.
“Banyak orang yang mengaku telah berislam namun seakan-akan dia merasa dihantui oleh kata Islam sendiri, takut dengan agama sendiri,” ujarnya.
Di samping itu, Dr Syamsuddin Arif juga menyampaikan pentingnya toleransi dalam kehidupan bernegara, bermasyarakat, dan beragama. Namun ia mengingatkan bahwa toleransi punya batasan alias jangan sampai kebablasan.
“Toleransi yang berlebihan tanpa sadar menyesatkan umat Islam yang lain,” ujar Alumnus Universitas Islam Antar Bangsa (UIA) Malaysia ini.
Oleh karena itu, ia berpesan, masyarakat khususnya kaum Muslimin harus memperdalam ilmu agama agar tidak terpengaruh oleh fitnah dan berbagai penyimpangan di akhir zaman ini.* (Muhammad Fuad/SKR/STIS/MCU)