Hidayatullah.com– Pemerintah Iran menggunakan kapal dan pesawat dari maskapai penerbangan milik negara untuk menyelundupkan drone bersenjata jarak jauh tipe terbaru ke Rusia yang dipergunakan dalam peperangan di Ukraina, kata sumber-sumber di dalam negara itu.
Dilansir The Guardian Ahad (12/2/2023), sedikitnya 18 drone dikirimkan ke Angkatan Laut Rusia setelah pejabat tinggi Kremlin dan sejumlah teknisi melakukan kunjungan khusus ke Teheran pada bulan November 2022, di mana mereka ditunjukkan berbagai teknologi canggih yang dimiliki Iran.
Pada kesempatan itu, delegasi Rusia yang terdiri dari 10 orang memilih enam drone Mohajer-6, yang memiliki jarak jangkauan sekitar 200km dan mampu membawa dua misil di masing-masing sayapnya, sert 12 drone Shahed 191 dan 129, yang juga memiliki kemampuan untuk melakukan serangan dari udara ke darat.
Tidak seperti drone Shahed 131 dan 136 yang lebih dikenal, yang sering dipakai oleh Rusia dalam serangan kamikaze terhadap target-target di Ukraina, drone berkemampuan terbang tinggi itu dirancang untuk menembakkan bom dan kembali ke pangkalan dengan utuh.
Agustus lalu, para pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa Iran telah mulai memamerkan drone Shahed 191 dan 129 pada bulan Juni ke Rusia, dan mengatakan mereka menduga Teheran akan menjualnya ke Moskow. Sejumlah drone Mohajer-6 ditembak jatuh di Ukraina sejak September 2022, dan The Guardian pernah ditunjukkan salah satunya pada bulan November oleh para pejabat di Kyiv.
Pada Oktober tahun lalu, Kyiv dihantam serangan drone Shahed 136, yang merenggut nyawa lima orang ketika salah satunya menerobos masuk dan meledak di sebuah rumah dekat stasiun kereta di kota itu. Namun pada Januari 2023, Angkatan Udara Ukraina mengklaim berhasil menjatuhkan 45 dari 45 drone yang ditembakkan ke wilayahnya setelah serangan beruntun dilakukan bertepatan dengan tahun baru.
Sebagian besar drone yang dikirim ke Rusia diambil secara diam-diam oleh kapal Iran dari sebuah pangkalan di pantai Laut Kaspia, kemudian dipindahkan ke kapal AL Rusia, kata sumber-sumber tersebut. Sebagian lainnya dikirim dengan pesawat maskapai penerbangan milik negara Iran, imbuh mereka.
Iran berada di perbatasan sebelah selatan dan Rusia di perbatasan sebelah barat laut dari Laut Kaspia, lautan terbesar di dunia yang dikelilingi daratan, menjadikan transfer fisik di antara kedua negara sekutu itu relatif mudah dan langsung.
Iran juga mengirimkan sejumlah teknisi ke Moskow untuk membantu perbaikan dan pemeliharaan drone. Sumber-sumber itu mengatakan bahwa untuk setiap drone yang dikirim ada tiga aparat Iran yang mendampingi – keseluruhan 54 – untuk membantu pengiriman senjata itu ke Rusia.
Drone Mohajer-6 yang diterima Rusia pada bulan November memiliki kemampuan bertahan di udara selama enam jam dan dioperasikan dengan tenaga listrik. Drone itu dapat mengangkut bom seberat 40kg dan dilengkapi dengan sistem target dan pencitraan berpresisi tinggi.
Shahed 129 dapat membawa beban seberat 60kg, tetapi hanya dapat terbang selama 4 jam. Sementara Shahed 191 dapat mengudara selama 5 jam dan membawa beban seberat 70kg. Keduanya dikatakan terbang dengan mesin buatan Jerman yang sudah dimodifikasi. Kemampuannya mengalahkan jamming systems sangat dihargai oleh Rusia.
Drone tersebut diproduksi di pusat kota Isfahan di sebuah pabrik yang sama yang menjadi target serangan udara Israel pada 28 Januari 2023.
Drone yang dikirimkan terakhir diyakini sudah dipakai dalam serangan Rusia ke Ukraina pada 20 November.
Pentolan-pentolan Garda Revolusi Iran seperti Khalil Mohammadzadeh, Suleiman Hamidi dan Ali Shamkhani, memainkan peran sentral dalam ekspor drone ke Rusia.
Sumber-sumber The Guardian yang memberikan keterangan di atas termasuk mereka yang memiliki pengetahuan langsung perihal penjualan, spesifikasi kemampuan dan pembuatan drone Iran tersebut.*