Hidayatullah.com– Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, menyatakan kelompok besutan Puang Nene atau Walinono telah menyimpang dari akidah agama Islam.
Al Mukarram Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara adalah nama kelompok Puang Nene yang diisukan tidak mewajibkan shalat lima waktu dan Jumat. Aliran ini bertempat di Dusun Pape, Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.
Menurut Ketua MUI Kabupaten Bone Prof Dr KH Amir HM mengatakan isu yang beredar itu belum benar adanya terutama tidak mewajibkan shalat lima waktu dan shalat Jumat.
“Tim kami di MUI Kecamatan Libureng sedang melakukan pendekatan, menurut keterangan yang diperoleh dari pengikutnya mereka hanya melakukan kajian tarekat dan tasawuf di malam harinya, ” ungkapnya KH Amir di laman muisulsel.or.id.
Ia melanjutkan persoalan tidak melakukan shalat Jumat itu cuma isu yang tidak betul karena sebagian pengikutnya tetap melaksanakan shalat Jumat, “Mungkin ada sebagian masyarakat melihat mereka jarang shalat Jumat padahal bisa jadi mereka shalat di masjid lain atau musafir sehingga tidak sempat melaksanakan shalat Jumat, ” jelasnya.
“Kami juga sedang melakukan pembinaan dengan mengirim dai kami dari MUI Kecamatan Libureng untuk Khutbah Jumat dan berceramah selama bulan Ramadhan di masjid tempat mereka shalat,” ujarnya.
Lanjutnya, dari MUI Bone juga akan segera memberikan pembinaan terhadap Puang Nene dan pengikutnya yang diduga sesat. Dalam waktu dekat MUI kabupaten juga akan menemui mereka.
Jika ditemukan ada penyimpangan misalnya tidak mewajibkan shalat lima waktu atau menganggap pemimpinnya Nabi maka pasti kita anggap sesat. Namun sejauh ini masih aman hanya menyimpang dari segi aqidah karena melakukan musyrik dengan melakukan ritual sesajian di sungai.
“Memang ada ajaran menyimpang yang mengarah pada penyembahan berhala,” katanya.
Persoalan syirik, saya kira masih banyak terjadi dimana-mana di masyarakat kita sehingga tugas dai harus menyampaikan dakwah tentang tauhid. Tauhid menjadi perkara yang sulit bahkan sejak jaman dahulu sehingga nabi berkata yang paling berat saya hadapi dari umatku adalah masalah kemusyrikan, ” tutupnya.
Mengaku Nabi
Sementara itu, Kepala Desa Mattirowalie, Andi Swandi menyebutkan bahwa aliran tersebut dipimpin oleh dua orang pria yang mengaku sebagai nabi. Mereka adalah Grento Walinono yang merupakan pendiri aliran Puang Nene dan Hasang alias Acang yang merupakan pemimpin untuk wilayah Kabupaten Bone.
“Alirannya tidak shalat, dan ada dua bos besarnya mengaku nabi. Kalau di sini dikenal sebagai aliran Puang Nene,” kata Andi Swandi kepada wartawan, Rabu (22/3/2023).
Menurut Swandi, aliran Puang Nene mulai datang ke desanya dibawa oleh Grento Walinono sekitar tahun 2020 lalu dan cepat menyebar. “Masuknya itu kalau tidak salah tahun 2020 saat Covid-19. Pengikutnya sekarang sudah ada sekitar 40-an dari masyarakat Desa Bune dan Desa Mattirowalie,” ucapnya.
Karena dianggap meresahkan, sejumlah warga sempat menegur aktivitas yang dilakukan oleh para pemimpin dan pengikut aliran sesat. Namun sayangnya teguran tersebut tidak digubris, dan aktivitas aliran Puang Nene hingga saat ini masih terus berlanjut.
Sementara itu Polres Bone juga sedang mengusut aliran Puang Nene yang menyebarkan ajaran sesat ini. Polisi juga mengungkap bahwa Puang Nene tiap bulan memberi sesajen berupa makanan ke pinggir sungai di Desa Mattirowalie Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.*