Hidayatullah.com– Militer Sudan, hari Senin (3/7/2023), mendorong para pemuda untuk mendaftar masuk ketentaraan guna membela negara dan melawan kelompok paramiliter RSF.
Sudan mengalami kekacauan sejak pertempuran pecah pada 15 April antara militer yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah Burhan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang dipimpin oleh Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo. Sejak itu, lebih dari 3.000 orang tewas menurut Kementerian Kesehatan, sementara sekitar 2,5 juta orang kehilangan tempat tinggal menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. Angka kematian yang sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi, lansir Associated Press.
“Para komandan setiap angkatan dan komandan wilayah telah diinstruksikan untuk menerima dan memperlengkapi para pejuang, dan mereka harus mendatangi markas komando atau kesatuan terdekat,” kata militer Sudan di laman Facebook.
Seruan hari Senin itu dikumandangkan hanya beberapa hari setelah Jenderal Burhan menyampaikan pesan yang hampir senada dalam pidato yang disiarkan di televisi, meminta para pemuda dan orang-orang yang sanggup untuk bertempur untuk mendukung militer, baik dari “tempat tinggal mereka atau dengan bergabung ke dalam gerakan militer.”
Tidak jelas apakah nantinya seruan ini akan berkembang menjadi wajib militer.
Di ibukota Khartoum, RSF tsmpak menguasai jalan-jalan kota, menduduki rumah-rumah warga sipil dan mengubahnya menjadi pangkalan pasukan mereka.
Sementara itu di Provinsi Darfur Barat tampak terjadi aksi kekerasan. Dalam laporan yang dirilis dua pekan lalu oleh Kesultanan Dar Masalit, pemimpin komunitas etnis Masalit Afrika, disebutkan bahwa RSF dan mikisi Arab melakukan “genosida terhadap warga sipil Afrika.” Laporan itu memperkirakan bahwa kurun dua bulan terakhir lebih dari 5.000 orang sudah terbunuh di ibukota provinsi itu, Genena.
Beberapa pertemuan guna mengupayakan perdamaian yang diprakarsai oleh Riyadh dan Washington yang digelar di kota pesisir Arab Saudi, Jeddah, semuanya tidak membuahkan hasil. Sedikitnya ada sembilan kesepakatan gencatan senjata sejak bentrokan bersenjata pecah, tetapi tidak satupun yang dipatuhi.*