Hidayatullah.com – Wagner Group telah dituduh menggunakan bom kluster dan senjata terlarang lainnya, melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang di negara-negara tempat mereka beroperasi, dan di antara negara-negara tersebut terdapat sejumlah negara Arab.
Berikut tiga negara Arab di mana Wagner Group telah beroperasi dan alasan di balik aktivitas kelompok pimpinan Evgeny Prigozhin di berbagai negara Arab:
Libya
Kedatangan Wagner Group di Libya bertepatan dengan eskalasi besar dalam konflik antara LNA dan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA). LNA, yang dipimpin oleh Khalifa Haftar, didukung oleh Rusia. Kelompok Wagner memainkan peran penting dalam pertempuran, menyediakan senjata, pelatihan, dan dukungan logistik kepada LNA.
Para pejuang kelompok ini juga terlibat dalam beberapa pertempuran paling brutal, termasuk pertempuran untuk merebut Tripoli pada tahun 2019. Wagner Group dikerahkan ke Libya untuk mendukung LNA, di mana mereka memainkan peran penting dalam pertempuran
Setelah gencatan senjata antara kedua pihak yang bertikai, kehadiran Wagner Group di Libya berkurang, namun diyakini bahwa kelompok ini masih memiliki kehadiran yang signifikan di negara tersebut.
Suriah
Kegiatan awal Wagner Group di Suriah berfokus pada penyediaan keamanan bagi personel militer dan diplomatik Rusia sekitar tahun 2015, tak lama setelah Rusia mengintervensi Perang Saudara Suriah untuk mendukung rezim Assad.
Wagner Group telah terlibat dalam beberapa pertempuran paling brutal di Suriah, termasuk pertempuran untuk Palmyra pada tahun 2016. Kelompok ini juga dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, seperti penyiksaan dan eksekusi tanpa pengadilan.
Kegiatan mereka di Suriah telah dikecam oleh PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia. Mereka dituduh menggunakan senjata terlarang, seperti amunisi tandan, dan terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia.
Sudan
Wagner Group pertama kali muncul di Sudan pada tahun 2017, tak lama setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir. Kehadiran kelompok ini di Sudan awalnya dibantah oleh pemerintah Rusia, tetapi kemudian dikonfirmasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kelompok ini telah terlibat dalam sejumlah operasi penting di Sudan, termasuk penindasan protes anti-pemerintah dan dukungan militer Sudan dalam kampanyenya melawan pemberontak di Darfur.
Kehadiran mereka juga menimbulkan kekhawatiran tentang proliferasi perusahaan militer swasta (PMC) dan potensi perusahaan-perusahaan ini digunakan untuk menghindari hukum internasional.*