Hidayatullah.com – Sejumlah orang terluka setelah milisi Kristen ekstremis yang menamakan diri mereka “Tentara Tuhan” atau “Soldiers of God” menyerang sebuah bar LGBT pada Rabu malam, 23 Agustus, di Beirut, Libanon.
Bar tersebut, yang terletak di daerah Mar Mikhael, Beirut, dilaporkan sedang mengadakan pertunjukan drag show pada Rabu malam ketika sekelompok pria mengepung bar tersebut dan mulai menyerang beberapa pengunjung.
Video dari peristiwa tersebut menunjukkan anggota Tentara Tuhan menjebak orang-orang di dalam bar sambil meneriakkan bahwa bar tersebut “setan” dan “mempromosikan homoseksualitas.”
Serangan itu berlangsung lebih dari satu jam, dengan beberapa orang terluka oleh anggota milisi, menurut Tarek Zeidan, direktur eksekutif kelompok hak-hak LGBT Helem.
Tentara Tuhan adalah milisi Kristen kecil yang didirikan di lingkungan Achrafieh, Beirut, pada tahun 2021. Kelompok ini awalnya dimulai sebagai patroli lingkungan tetapi dengan cepat mulai menyerang lokasi LGBT di seluruh Beirut, menamakan diri mereka sebagai pelindung moral Libanon.
Kelompok-kelompok agama dan pejabat negara baru-baru ini meningkatkan retorika anti-LGBT di Lebanon.
Dalam sebuah pidato di bulan Juli, kepala kelompok pro-Iran Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyerukan agar kaum LGBT dibunuh.
Negara-negara tetangga juga mulai menyasar komunitas LGBT, dengan Irak melarang penggunaan “homoseksualitas” di media, dan sebagai gantinya mewajibkan penggunaan istilah “penyimpangan seksual.”
“Kita harus melihatnya sebagai tren global yang berdampak pada Libanon. Ketika Anda menganalisa pidato Nasrallah, ini sangat mirip dengan apa yang dikatakan oleh sayap kanan di Amerika Serikat, atau apa yang dikatakan oleh kaum Ortodoks di Israel,” kata Ghassan Makarem, seorang aktivis independen, kepada TNA.
Di Libanon, milisi-milisi yang saling bersaing dan negara yang dilumpuhkan oleh krisis ekonomi yang sedang berlangsung telah memungkinkan terjadinya peningkatan pelanggaran hukum dan menjamurnya kelompok-kelompok yang main hakim sendiri seperti Tentara Tuhan.
“Masalah sebenarnya adalah bahwa Tentara Tuhan beroperasi karena negara tidak melakukan tugasnya. Semua orang yang menyerang bar kemarin seharusnya ditangkap. Fakta bahwa orang-orang itu tidak ditangkap merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah Lebanon,” kata al-Asmar.
TNA menghubungi Pasukan Keamanan Dalam Negeri Libanon untuk menanyakan apakah mereka telah menangkap anggota milisi Tentara Tuhan sehubungan dengan serangan hari Rabu, namun belum mendapat tanggapan hingga berita ini diterbitkan.
Demikian pula, kepala milisi Tentara Tuhan tidak menanggapi permintaan TNA untuk memberikan komentar.*