Hidayatullah.com– Jurnalis harus diizinkan masuk dan keluar dari Gaza, kata Reporters Sans Frontières (RSF) mendesak otoritas Mesir dan Zionis Israel untuk memperbolehkan bergerak bebas melintasi perbatasan di selatan Jalur Gaza menuju Mesir.
Perbatasan di Rafah ditutup sejak Israel melancarkan serangan atas pejuang Palestina di Gaza pada bulan Oktober.
Sementara pintu perbatasan dibuka pada waktu tertentu untuk orang dan kepentingan tertentu beberapa pekan terakhir, hanya nama-nama yang tercantum dalam daftar yang sudah disetujui yang diperbolehkan melintas.
Dalam pernyataan hari Kamis (7/12/2023) RSF, organisasi asal Prancis yang juga dikenal dengan nama Reporters Without Borders, meminta agar perbatasan Rafah dibuka sehingga para jurnalis bisa keluar-masuk kedua sisi perbatasan, lapor AFP.
Wartawan Palestina yang, seperti warga sipil lainnya di Gaza, harus meninggalkan rumah mereka di utara Jalur Gaza “kini diperintahkan oleh Israel untuk berkumpul di bagian selatan perbatasan dengan Mesir, tanpa ada kemungkinan untuk melintas,” kata RSF.
Sebaliknya, wartawan internasional dilarang masuk.
Perbatasan Rafah dikontrol oleh Hamas dan otoritas Mesir, tetapi Zionis Israel memantau semua aktivitas di sana.
Erez, satu-satunya pintu perbatasan resmi yang menghubungkan Gaza dengan wilayah yang diduduki Zionis ditutup sejak lama.
“Selama dua bulan perang, tidak ada satu pun reporter yang diizinkan memasuki Jalur Gaza melalui Rafah, yang sudah pasti melemahkan kemampuan media untuk meliput konflik tersebut,” kata RSF.
Tidak hanya itu Israel juga sudah “mengebom gerbang perbatasan ini empat kali pada awal perang”, imbuhnya.
Menurut RSF sebanyak 58 jurnalis sudah terbunuh di Gaza oleh serangan Zionis Israel, 14 di antara saat sedang menjalankan tugas.*