Hidayatullah.com – Kehadiran blok BRICS diyakini sejumlah pihak dapat mengakhiri status dolar AS sebagai mata uang utama dunia. BRICS ingin mengutamakan mata uang lokal mereka daripada dolar AS untuk menyelesaikan transaksi lintas batas.
Jika terjadi, ini akan memperkuat ekonomi asli mereka sehingga membuat bisnis berkembang dan secara besar-besaran menghemat nilai tukar sepihak. Mata uang lokal yang lebih kuat akan berdampak positif pada PDB masing-masing negara, sehingga ekonomi mereka akan terdongkrak.
BRICS tidak hanya berencana untuk meninggalkan dolar AS, mereka juga meyakinkan negara-negara lain untuk mengikuti langkah yang sama. Jika tren de-dolarisasi semakin kuat, dolar AS akan menjadi mata uang yang paling terpukul di pasar.
Dominasi global dolar AS dapat segera berakhir dan tidak lagi menjadi mata uang cadangan dunia, demikian peringatan analis Wall Street berusia 83 tahun, Dick Bove.
Analis veteran tersebut menyoroti tren de-dolarisasi yang dimulai oleh negara-negara BRICS dan kemampuan mereka untuk meyakinkan negara-negara berkembang lainnya untuk meninggalkan dolar AS. Bove mengatakan bahwa era dolar AS hampir berakhir dan USD masih berada di tahap akhir.
“Dolar AS sudah berakhir sebagai mata uang utama dunia,” kata Bove kepada New York Times. Analis ini baru saja pensiun dari Wall Street setelah melayani klien selama 54 tahun di industri keuangan.
Bove melihat bahwa China dapat menjadi penyebab utama yang dapat menjatuhkan dolar AS dari singgasananya. Ia menjelaskan bahwa ekonomi China dapat segera melampaui AS karena mereka mendominasi industri manufaktur.
Ia memperingatkan bahwa outsourcing unit-unit manufaktur AS akan segera menyebabkan kemundurannya dan memberi jalan bagi negara-negara berkembang untuk bangkit.*
Baca juga: Arab Saudi, Iran, Etiopia, Mesir dan UEA Gabung BRICS