Hidayatullah.com – Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengungkapkan bahwa saat ini ada enam warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi relawan medis di kota Rafah dan keenamnya berada di daerah yang relatif aman dari serangan ‘Israel’.
Relawan MER-C Marissa Noriti kepada PRO3 RRI pada Kamis (30/05) mengatakan tiga diantaranya merupakan dokter.
“Jadi bisa saya sampaikan saat ini yang sedang bertugas di dalam Gaza ada tiga relawan medis, satu dokter bedah, satu dokter spesialis anestesi, dan dokter umum. Serta ada tiga relawan non medis dan terhitung saat ini ada 6 relawan,” ujar Marissa.
Para relawan, menurut Marissa, kini berada di ‘guest house’ di daerah Al Mawasi yang relatif aman lantaran bukan masuk wilayah Red Zone atau wilayah yang menjadi target invasi darat ‘Israel’.
Meski begitu, frekuensi serangan ‘Israel’ ke Jalur Gaza jauh lebih besar daripada sebelumnya.
“Adanya invasi darat ini serangan jauh lebih besar frekuensinya. Jadi sebelumnya hanya serangan udara, kita setiap hari mendengarkan suara bom drone. Dan saat ini dengan adanya inflasi darat, suara bom jadi lebih sering,” ucapnya.
Sebelumnya relawan MER-C bertugas di sejumlah rumah sakit yang masih berfungsi di Rafah, Gaza Selatan. Yaitu Rumah Sakit An Najar, Rumah Sakit El Emiraty dan Klinik Tal Al Sultan Primary Health Care Center.
Pasca invasi darat ‘Israel’ ke Rafah, tersisa 12 relawan MER-C yang masih bertugas di Jalur Gaza. Semua aktvitas relawan MER-C sempat terhenti pada 8 Mei 2024.
WHO juga sempat melarang Tim MER-C bekerja di RS Emirati dan RS An Najjar. Lokasi yang masih diperbolehkan untuk Tim bertugas adalah di Klinik Tal Al Sultan Primary Health Care Center.*