Hidayatullah.com– Organisasi-organisasi amal di Prancis menuding panitia Olimpiade 2024 melakukan “social cleansing” dengan menyingkirkan paksa para gelandangan dan tunawisma dari ibu kota Paris menjelang dimulainya kompetisi olahraga sejagat itu.
Dilansir RFI hari Selasa (4/6/2024), sebuah laporan baru yang disusun oleh “The Other Side of the Medal” – kelompok yang menyatukan 80 beragam organisasi amal – mengatakan Paris mengikuti cara yang dipakai kota-kota lain tuan rumah Olimpiade sebelumnya dengan menyingkirkan kaum imigran, penghuni liar, gelandangan, tunawisma dan pekerja seks komersial.
Laporan itu terutama menyoroti tindakan polisi Prancis ketika mengusir para penghuni liar – serta kemah imigran dan tunawisma – dari Paris menjelang Olimpiade yang wkan digelar mulai 26 Juli sampai 11 Agustus.
Sejauh ini pada 2024, sudah dilakukan 26 kali operasi pembersihan kamp imigran. Sebagai perbandingan sepanjang tahun 2022 dilakukan 30 operasi serupa.
Sejak April 2023, total ada 10 tempat tak terpakai atau terbengkalai yang dipergunakan oleh kaum imigran sebagai kamp – termasuk sebuah bekas pabrik yang berlokasi dekat Kampung Olimpiade – sudah dibersihkan dengan mengusir 1.967 orang.
Banyak dari para imigran – dua pertiga dari 6.000 yang diciduk oleh aparat pada 2023 – dipindah paksa ke penampungan-penampungan di luar Paris, dengan alasan mengurangi tekanan terhadap kepadatan di ibu kota.
Laporan itu menyoroti pernyataan-pernyataan oleh para menteri Prancis dan kepala-kepala kepolisian bahwa pembersihan itu tidak berkaitan dengan Olimpiade.
“Argumen ini lemah sebelum ini dan sekarang justru sama sekali tidak meyakinkan,” kata laporan itu.
Daerah yang biasanya menjadi tempat mangkal para PSK di bagian utara Paris dan di timur hutan Vincennes dijaga oleh banyak personel kepolisian yang berujung pada pemeriksaan identitas orang di sekitar sana, penahanan dan pengusiran puluhan orang.
“Musim panas ini, Paris dan daerah sekitarnya akan dapat menunjukkan dirinya dengan cara yang disukai pihak penguasa: “Kota Cahaya” yang steril, dengan kekumuhan yang nyaris tidak terlihat, tanpa ada pemandangan orang-orang yang tidak penting, lingkungan dan hutan yang ‘bersih’, tanpa ada pengemis, pecandu narkoba atau pelacur,” tulis laporan itu.
Ikut serta dalam aliansi “The Other Side of the Medal” beberapa organisasi amal besar seperti Medecins du Monde, Salvation Army, serta kelompok dan organ lokal yang langsung turun ke lapangan memberikan bantuan kemanusiaan kepada migram dan kaum rentan lain di masyarakat.
Aliansi ini kerap melakukan aksi protes untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah sosial di masyarakat yang coba mereka angkat, terutama yang berkaitan dengan imigran, gelandang, tunawisma, kelompok masyarakat yang kerap dianggap sebagai penyakit sosial.*