Hidayatullah.com—Berhenti mengakui ‘Israel’ lebih penting daripada mengangkat slogan solusi dua negara, kata wartawan dan penulis keturunan keturunan Pakistan-Britania, Tariq Ali.
Tariq mengatakan, seruan solusi dua negara hanyalah lelucon dan selingan yang tidak berdampak sama sekali.
Ia menegaskan, langkah yang tepat bagi semua pihak (negara), termasuk Otoritas Palestina, adalah mencabut pengakuan terhadap penjajag ‘Israel’ dan memutus semua hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negara Zionis tersebut.
“Itu hanyalah sebuah lelucon untuk terus membicarakan solusi dua negara. Itu hanya pengalih perhatian, tidak lebih dari itu,” tulisnya.
“Seperti hal-hal lain yang terjadi.. Negara X, Spanyol, Irlandia, bla bla dari seluruh dunia mengakui Palestina, yah, sebagai isyarat simbolis, malah bagus, tapi tidak berarti apa-apa!.”
“Karena apa yang kamu kenali? Tidak ada, Anda mengakui Otoritas Palestina yang telah bekerja sama dan hingga saat ini (bekerja sama) dengan ‘Israel’, menolak mengkritik ‘Israel’ sama sekali dan berharap Amerika akan melindunginya, padahal jelas tidak akan dilakukannya.”
“Jadi satu-satunya tuntutan serius saat ini, menurut saya, adalah mencabut pengakuan terhadap ‘Israel’, menarik duta besar Anda, memutuskan hubungan dengan mereka, memutus hubungan dagang dengan mereka,” kata Tariq dalam wawancaranya dengan Mark Seddon yang diunggah di platform YouTube hari Selasa lalu.
Tariq yang juga editor New Left Review juga memuji keberhasilan negara Arab miskin Yaman yang dikenal ‘terbelakang’ namun mampu memberikan dampak besar bagi pelabuhan Eilat di ‘Israel’.
“Orang Yaman, lho, dengan romantisme mereka, sebenarnya sudah berhasil,” ujarnya.
“Mereka telah menutup pelabuhan Eilat di ‘Israel’ dimana hampir tidak ada perdagangan terjadi. Mereka (‘Israel’) berada dalam situasi yang sangat buruk (di sana),” tambah dia.
Mereka (Yaman) berkata; “Kami tidak akan membiarkan kapal-kapal ini lewat, kamu ingin datang, menyerang kami dan membunuh kami?” mereka berkata kepada Amerika; “Lakukan!.
“Kalian (AS) sudah bertahun-tahun melakukannya, apa hasilnya? Rakyat kami tidak punya tangan dan kaki, kami siap berkorban ini untuk Palestina,” tambah Tariq.*