Hidayatullah.com—Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menghimbau masyarakat menghentikan membahas polemik nasab Habaib Baalawi. Ketua Bidang Keagamaan PBNU, Ahmad Fahrur Rozi menyampaikan agar masyarakat tidak mudah terbawa pada isu yang kembali ramai di Media Sosial (Medsos) terkait hal ini.
Diketahui, masalah ini kembali mencuat di media sosial. Menurutnya, lebih baik membahas hal lain yang lebih berfaedah atau bermanfaat serta menyibukkan diri dengan hal positif.
“Menurut saya sudah saatnya kita sudahi, Stop Polemik nasab Yang Tidak Perlu,” kata Gus Fahrur kepada tvOnenews.com, Ahad (8/9/2024).
“Salah satu tanda baiknya Islam dan sempurnanya iman seseorang adalah perhatiannya terhadap apa yang bermanfaat baginya,” jelasnya.
“Saya melihat banyak orang menyibukkan diri dengan share berbagai tulisan dan konten adu domba nasab yang jelas tidak ada manfaatnya, tidak menambah kebaikan hidupnya dan tidak menambah sumber rezekinya, kecuali bagi konten kreator jahat yang bekerja sebagai buzzerrp bayaran,” pesan Gus Fahrur.
Lebih lanjut, ia menjelaskan agar umat muslim senantiasa membahas sesuatu yang lebih bermanfaat. Jika seseorang sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, niscaya itu merupakan tanda Allah SWT berpaling darinya.
Jika seseorang sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, niscaya itu merupakan tanda Allah SWT berpaling darinya, katanya, sambil mengutip hadis Nabi yang artinya, “Salah satu tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya”.
Berdampak NU sendiri
Sebelumnya, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar telah mengingatkan soal polemik nasab habib di Indonesia. Menurut Kiai Miftakhul, isu yang gaduh ini cuma diembuskan segelintir orang.
Menurutnya, jika polemik ini diteruskan, masalah bukan lagi soal dzurriyah Ba’alawi melawan dzurriyah Wali Songo, melainkan arahnya sudah ke jamaah NU sendiri.
“Gangguan sudah sudah nyata, bukan dzon lagi, tapi jelas dialamatkan kepada NU dan bertubi-tubi,” ujar Kiai Miftachul.
Kiai Miftakhul mengingatkan bahwa NU memuliakan orang bukan karena nasab atau garis keturunan, suku dan etnis, tetapi keilmuan, kebaikan dan ketakwaan seseorang.
Sementara Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf yang akrab disapa Gus Yahya dalam channel Youtube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama pada Juli 2023, mengatakan bahwa yang namanya catatan, yang banyak diragukan beberapa kalangan, kalau dicari tidak mungkin lengkap.
Dalam diskusi dan bantah-bantahan yang terjadi, ada yang berpendapat tidak ada catatan 700 tahun. Ternyata setelah diteliti tidak ada catatan hanya 100 tahun dan seterusnya.
“Tapi yang namanya catatan tidak mungkin lengkap, tidak mungkin bisa betul-betul lengkap dan berurutan, pencatatan itu membutuhkan tradisi tersendiri dan tradisi mencatat di lingkungan Islam itu baru, apalagi di lingkungan Arab,” kata Gus Yahya, menjawab keraguan kalangan yang mengkailm tidak ada catatan yang menjelaskan habib atau Ba’alawi nasabnya sampai ke Baginda Nabi Muhammad ﷺ.
“Meski catatannya tidak ada, tapi riwayat secara lisan atau oral dari mulut ke mulut itu ada. Kalau merujuknya hanya ke catatan, nanti nasabnya Nabi Muhammad SAW sampai ke Nabi Ibrahim, sumbernya dari mana, nanti repot,” ujarnya.*