Hidayatullah.com– Mesir membantah pihaknya membantu operasi militer Israel menyusul laporan media yang mengatakan bahwa pelabuhan Mesir menerima kiriman bahan peledak yang ditujukan untuk kontraktor pertahanan Israel.
“Angkatan Bersenjata Mesir dengan tegas membantah apa yang telah beredar di media sosial dan akun-akun mencurigakan dan apa yang dipromosikan tentang membantu Israel dalam operasi militernya secara umum dan terperinci,” kata militer Mesir dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Kamis (31/10/2024).
Sejumlah pengacara hak asasi manusia pada hari Rabu (30/10/2024) mengajukan banding ke pengadilan di Berlin untuk memblokir pengiriman 150 metrik ton bahan peledak kelas militer yang dimuat di atas kapal kargo Jerman MV Kathrin yang mereka katakan untuk kontraktor pertahanan Israel terbesar, Elbit Systems, lapor Reuters Jumat (1/11/2024).
Data LSEG data situs web pelacak kapal laut Marine Traffic menunjukkan MV Kathrin merapat di pelabuhan Mesir di Alexandria pada hari Senin (28/10/2024).
Kemudian pada hari Kamis, Kementerian Transportasi Mesir menjelaskan bahwa kapal tersebut bersandar di Alexandria untuk menurunkan muatan untuk kebutuhan produksi kementerian militer Mesir, dan kapal tersebut sudah meminta izin resmi untuk bertolak menuju Turki.
Dalam kasus yang diajukannya, European Legal Support Center (ELSC) berdalih bahan peledak itu bisa jadi dipakai sebagai amunisi untuk perang Israel di Gaza, sehingga berpotensi terlibat kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Disebabkan membawa bahan peledak untuk Israel, MV Kathrin ditolak bersandar di sejumlah pelabuhan di Afrika dan Mediterania, termasuk di Angola, Slovenia, Montenegro dan Malta, menurut ELSC. Dikatakan pula otoritas Portugal belum lama ini meminta supaya kapal tersebut mengganti benderanya dari Portugal ke bendera Jerman sebelum melanjutkan pelayarannya.
Jerman mengatakan kargo yang dibawa kapal tersebut tidak dimuat atau dikirim dari wilayahnya sehingga tidak memerlukan lisensi ekspor.*