Hidayatullah.com– Para pemimpin senior Hamas di luar Gaza, beserta para tokoh dan tim negosiasinya tidak lagi berada di Doha, kata pemerintah Qatar dan seorang pejabat senior Palestina.
Jubir Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan kantor Hamas tidak lagi berfungsi karena Qatar menangguhkan upaya mediasi gancatan senjata di Gaza, meskipun menekankan bahwa kantor tersebut tidak ditutup permanen.
Pejabat Palestina mengatakan kepada BBC bahwa tim negosiator Hamas menyesuaikan kehadiran mereka di kawasan itu dan menyembunyikan lokasi mereka supaya tidak membuat malu negara tuan rumahnya.
Namun, mereka mengatakan sepertinya Khalil al-Hayya berada di Turki dan beberapa kali bepergian ke negara itu kurun dua bulan terakhir.
Qatar sudah menjadi tuan rumah biro politik Hamas sejak tahun 2012 dan memainkan peran penting dalam memfasilitasi negosiasi-negosiasi tidak langsung antara kelompok tersebut dan Israel.
Awal bulan ini, Qatar mengumumkan bahwa mereka memghentikan sementara perannya sebagai mediator gencatan senjata sampai pihak Hamas dan Israel sama-sama menunjukkan keinginan dan keseriusan mereka untuk berunding untuk mengakhiri perang. Namun, Doha membantah kabar yang menyebutkan bahwa pihaknya meminta para pemimpin Hamas untuk pergi dari Qatar.
Hari Selasa (19/11/2024), juru bicara Kementerian Kementerian Luar Negeri Majed al-Ansari dalam keterangan persnya mengkonfirmasi bahwa tokoh-tokoh dan pemimpin Hamas yang tergabung dalam tim negosiasi sudah tidak lagi berada di Doha.
“Seperti yang Anda ketahui, mereka berpindah-pindah dari satu ibu kota ke ibu kota lain. Saya tidak ingin membahas secara rinci apa maksudnya,” imbuhnya, seperti dilansir BBC.
“Namun, yang bisa saya katakan dengan sangat jelas adalah bahwa kantor Hamas di Doha didirikan untuk kepentingan proses negosiasi. Jelas, ketika tidak ada proses mediasi, kantor itu sendiri menjadi tidak berfungsi.”
Dia juga menegaskan bahwa “keputusan untuk menutup kantor itu secara permanen adalah keputusan yang akan Anda dengar langsung dari kami dan tidak boleh menjadi bagian dari spekulasi media”.
Pada hari Senin, Hamas mengatakan lewat platform media sosial Telegram bahwa sumber-sumber dalam kelompok tersebut “membantah apa yang telah disebarkan oleh beberapa media Israel tentang kepemimpinan Hamas yang meninggalkan Qatar dan pindah ke Turki”.*