Hidayatullah.com—Kepala Institut Kefahaman Islam Malaysia Prof. Dato’ Dr. Muhammad Nur bin Manuty mengatakan sudah saatnya pemerintah Malaysia Kembali meneruskan upaya untuk memberikan doktor kehormatan kepada Mohammad Natsir yang sempat tertunda di era pemerintahan Soeharto.
Saat itu Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) sudah berniat memberikan gelar doktor kehormatan bagi mantan Ketua Umum Partai Masyumi itu.
“ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia) saat itu memegang peranan penting untuk memberikan doktor kehormatan kepada Natsir, tapi saat itu Soeharto tidak setuju,” ujar Prof Manuty di Penang, Malaysia, hari Selasa (11/12/2024).
Presiden ABIM pada periode 1991-1997 ini mengatakan jasa Natsir sangat besar bagi Indonesia. Pada era 1970-an, Natsir sudah menyampaikan khutbahnya tentang Islam dan Melayi di masjid pemerintahan Malaysia.
“Ceramah pak Natsir saat itu bagus soal identitas Islam. Tapi sampai akhir hayat pak Natsir, pihak UKM belum sempat memberikan gelar doktor kehormatan bagi Natsir. Tapi saya rasa di masa Anwar Ibrahim menjadi perdana Menteri ada peluang untuk memberikan gelar kehormatan,” ujar Prof. Manuty.
Menurut Prof. Manuty, Mohammad Natsir sudah sangat layak mendapatkan gelar kehormatan itu. Natsir bersamaan dengan Burhanuddin Helmy menjadi dua pendekar di alam Nusantra yang memiliki semangat Melayu Raya yang digagas oleh Presiden Soekarno.
“Namanya sudah termaktub di senat universiti. Ide ini harus kita hidupkan Kembali,” ujarnya yang merupakan pengajar di Departemen Kajian Arab Dan Tamadun Islam UKM pada 1974-1983 ini.
Menurutnya, sosok Natsir sangat intim dengan Islam, tapi di satu sisi dia seseorang yang realistis dalam politik. “Dia berbicara soal Islam dan Pancasila. Jadi kenegarawanannya terbukti,” pungkas dia.
Sebelumnya, pada tahun 1980, UKM berencana memberi gelar doktor kehormatan kepada pahlawan nasional Mohammad Natsir namun belum terealisasi hingga saat ini.*