Hidayatullah.com – Arab Saudi dikabarkan diam-diam tengah meningkatkan dan memperluah kemampuan rudal jarak jauhnya, menurut laporan terbaru.
Fabian Hinz, peneliti pertahanan dan militer International Institute for Strategic Studies (IISS), menganalisis gambar-gambar tersebut dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Kamis (19/02/2025).
Riyadh pertama kali membuat rudal permukaan-ke-permukaan jarak jauh pada tahun 1980-an sebagai tanggapan atas perang Iran-Irak dan proliferasi kemampuan rudal yang lebih luas di wilayah tersebut.
Informasi tentang pengembangan program rudal sejak saat itu masih sangat sedikit, karena Arab Saudi jarang memamerkan persenjataan jarak jauhnya secara terbuka.
Laporan IISS menemukan apa yang tampaknya merupakan pembangunan pangkalan rudal bawah tanah di dekat kota al-Nabhaniyah di Arab Saudi tengah. Konstruksi dimulai pada tahun 2019 dan sebagian besar selesai pada awal tahun 2024, tambahnya.
Situs ini menandai fasilitas pertama dari jenisnya yang dibangun sejak tahun 1980-an, demikian ungkap laporan itu.
Tanda-tanda bahwa situs itu merupakan pangkalan rudal, demikian ungkap Hinz, termasuk: gaya bangunan administratif yang mirip dengan pangkalan rudal Arab Saudi lainnya, pemisahan geografis yang serupa antara kompleks bawah tanah dan daerah pemukiman dan administratif di atas permukaan tanah, dan pintu masuk terowongan yang mirip dengan pangkalan yang sudah ada.
Catatan kontraktor juga menunjukkan bahwa proyek di al-Nabhaniyah berada di bawah kementerian pertahanan.
Laporan tersebut juga menambahkan bahwa konstruksi baru telah dilakukan di pangkalan pasukan rudal Saudi yang ada di Wadi al-Dawasir. Penambahan terbaru adalah sebuah bangunan besar, yang dapat berfungsi sebagai bangunan operasional atau pendukung di dalam kompleks.
IISS juga mencatat adanya tanda-tanda modernisasi dan perluasan di markas besar pangkalan rudal di Riyadh, serta terowongan atau bagian bawah tanah baru yang dibangun di pangkalan di al-Hariq, Raniyah, dan al-Sulayyil.
‘Kemampuan strategis’
Kemampuan rudal jarak jauh Arab Saudi masih sangat dirahasiakan.
Kerajaan Saudi melakukan latihan militer berskala besar dengan menampilkan rudal balistik Dongfeng-3 buatan Tiongkok pada tahun 2014, memamerkan rudal itu untuk pertama kalinya.
Pada Desember 2021, CNN melaporkan bahwa Arab Saudi secara aktif membuat rudal balistiknya sendiri dengan bantuan Tiongkok, mengutip penilaian intelijen Amerika Serikat.
The Intercept melaporkan pada Mei 2022, mengutip sumber intelijen AS, bahwa Riyadh berencana untuk mengimpor rudal balistik Tiongkok di bawah program yang dinamai “Crocodile”.
Sebagai bagian dari program Visi 2030 Arab Saudi untuk mendiversifikasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada minyak, kerajaan itu berusaha untuk meningkatkan industri manufaktur pertahanan dalam negerinya.
“Tidak adanya penggunaan rudal balistik dalam kampanye Arab Saudi melawan Ansarullah (Houthi) mengindikasikan bahwa sistem ini mungkin lebih berfungsi sebagai penangkal strategis daripada kemampuan berperang,” tulis Hinz.
“Dengan demikian, peran mereka yang sebenarnya mungkin hanya akan terungkap dalam krisis.”