Hidayatullah.com– Partai politik pro-demokrasi tertua di Hong Kong sedang dalam proses membubarkan diri, kata pemimpinnya.
Ketua Partai Demokrat Lo Kin-hei hari Kamis (20/2/2025) berkata, “Kami akan melanjutkan dan mempelajari proses dan prosedur yang diperlukan untuk pembubaran tersebut.”
“Kami mempertimbangkan lingkungan politik di Hong Kong secara keseluruhan serta semua rencana masa depan yang tampak bagi kami, dan itulah keputusan yang kami buat,” kata Lo kepada awak media seperti dilansir The Guardian.
Lo mengatakan keputusan akhir untuk membubarkan partai harus diputuskan lewat pemungutan suara para anggota, tetapi tidak menjelaskan kapan itu akan dilaksanakan.
Partai Demokrat didirikan pada 1994, di masa-masa akhir pemerintahan kolonial Inggris di sana, ketika kelompok-kelompok liberal bermunculan di Hong Kong menjelang dikembalikannya wilayah itu ke China.
Para pemimpin Partai Demokrat di masa awal berperan penting dalam pembentukan “satu negara, dua sistem”, di mana Hong Kong diberikan perlindungan hak dan otonomi luas guna mempertahankan statusnya sebagai pusat keuangan dan bisnis di Asia bagian timur dan demokrasi yang dinikmati penduduknya selama ini.
Setelah kota itu resmi dikembalikan ke China pada 1997, Partai Demokrat merupakan cerminan dari suara oposisi yang menentang legislasi yang dibuat oleh Beijing atau cenderung pro-Beijing. Partai itu juga berada di garis depan aksi-aksi demonstrasi pro-demokrasi.
Namun, kejayaan Partai Demokrat semakin sirna seiring dengan cengkraman Beijing yang menguat dari waktu ke waktu atas kota bisnis itu. Menyusul gelombang besar aksi unjuk rasa pro-demokrasi yang terkadang berujung kerusuhan di tahun 2019, China memberlakukan UU keamanan nasional di Hong Kong yang praktis membungkam suara oposisi.
“Membangun demokrasi di Hong Kong senantiasa sulit,” kata Lo hari Kamis. Kurun beberapa tahun terakhir “kita melihat banyak kelompok masyarakat sipil atau partai politik dibubarkan”, imbuhnya.
Ketika ditanya apakah Partai Demokrat ditekan Beijing untuk membubarkan diri, Lo mengatakan pihaknya tidak akan membeberkan diskusi internal.
Lo menggarisbawahi bahwa sejumlah partai sudah ditutup sejak Hong Kong bersikap keras terhadap gerakan pro-demokrasi, menunjukkan tanda-tanda bahwa “satu negara dua sistem” sedang ditumpas.
Kelompok oposisi terbesar kedua di Hong Kong, Partai Sipil, membubarkan diri pada 2023.Empat bekas anggota parlemen dari Partai Demokrat – termasuk mantan ketuanya Wu Chi-wai – saat ini sejak mendekam di dalam penjara setelah divonis bersalah dalam dakwaan subversi tahun lalu.
Partai Demokrat sudah tidak lagi memiliki kursi di parlemen Hong Kong, setelah sistem elektoralnya diubah pada 2021 guna memastikan hanya “kalangan patriotik” yang dapat menjabat.
Sebuah tim beranggotakan tiga orang, termasuk Lo, akan akan mengkaji aturan hukum dan akuntansi tentang pembubaran partai, sebagai awal dari proses yang harus melalui beberapa tahapan. Partai beranggotakan 400 orang itu tidak mengalami tekanan keuangan yang serius, menurut Lo.
Pemungutan suara pembubaran partai harus mendapatkan dukungan 75% peserta rapat.Partai Demokrat sepanjang kiprahnya telah melahirkan sejumlah tokoh, di antaranya Martin Lee yang dipuji sebagai “bapak demokrasi” Hong Kong, serta Albert Ho yang mengorganisir peringatan tahunan malapetaka Lapangan Tiananmen 1989.*