Hidayatullah.com– Iraq hari Rabu (9/4/2025) menandatangani memorandum of understanding (MoU) dengan perusahaan energi asal Amerika Serikat GE Vernova untuk memproduksi listrik 24.000 megawatt.
Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani menyaksikan “penandatanganan nota kesepahaman sebagai bagian dari kerangka kerja sama strategis dengan GE Vernova,” kata kantornya dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP.
“Nota kesepahaman tersebut mencakup proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga gas siklus gabungan dengan total kapasitas sekitar 24.000 megawatt,” papar pernyataan itu.
MoU ditandangi para pihak pada akhir kunjungan delegasi tingkat tinggi AS, yang terdiri dari perwakilan 60 perusahaan swasta, ke Iraq.
Meskipun memiliki cadangan minyak dan gas alam yang cukup besar, konflik dan ketidakstabilan selama beberapa puluh tahun telah merusak infrastruktur energi Iraq.
Negeri 1001 malam itu kerap mengalami pemadaman listrik dalam waktu yang lama, terutama di musim panas ketika suhu udara bisa melebihi 50 derajat Celsius.
Guna menghindari pemadaman listrik, Iraq harus memiliki pasokan listrik tambahan 55.000 megawatt di jam-jam puncak.
Produksi listrik Iraq saat ini hanya 16000 megawatt, dan Kementerian Energi berharap tahun ini pasokannya bisa melebihi 27000 megawatt.
Kesepakatan dengan perusahaan Amerika Serikat itu juga dilakukan di saat Iraq mencari sumber energi selain dari negara tetangga Iran.
Pemerintah Amerika Serikat terang-terangan menekan Baghdad untuk segera melepaskan ketergantungannya dan semua pembelian gas alam dari Iran.
Pada 8 Maret, Washington tidak memperbarui keringanan sanksi yang memungkinkan Iraq membeli energi dari Iran.*