Hidayatullah.com—Direktur Utama Baitul Maqdis Institute Fahmi Salim, Lc., M.A. dan pengkaji Timur Tengah, secara tegas menyatakan bahwa tuduhan terhadap pejuang Hamas dengan tuduhan buruk, termasuk tuduhan Syiah beberapa waktu belakangan ini merupakan upaya pecah belah umat Islam.
Dalam ceramahnya cendekiawan muda Muhammadiyah yang dikenal vokal membela Palestina ini menegaskan bahwa narasi-narasi seperti ini dilakukan para pembenci perjuangan dan fitnah berbahaya, yang melemahkan pembebasan Palestina dan Masjid Al-Aqsha.
“Hamas berdiri tahun 1987 saat Intifadah Pertama sebagai gerakan perlawanan Sunni. Pendirinya, Syaikh Umar Sulaiman al-Asy’ar, adalah ulama Salafi penulis kitab-kitab akidah. Dr. Nizar Rayyan, tokoh Hamas yang syahid dibunuh ‘Israel’, juga seorang Salafi. Sementara Ismail Haniyah berasal dari keluarga Asy’ari. Mereka semua Ahlusunnah,” ujarnya belum lama ini.
Alumni Al-Azhar Mesir yang juga penulis buku “Kritik Studi Al-Qur’an Kaum Liberal” ini menegaskan, “Tidak ada satu pun anggota Hamas yang Syiah. Fitnah ini dusta besar untuk memecah belah umat. Tujuannya jelas: agar umat Islam ragu mendukung Palestina dengan dalih ‘melawan Syiah’,” ujarnya.
Sebagai cendekiawan yang kini mendalami tentang Timur Tengah, Fahmi menjelaskan “Kerjasama” Hamas dengan Iran terjadi setelah blokade Gaza 2007 murni bersifat taktis.
Dengan gaya khasnya yang tegas namun bernas, Fahmi Salim menjelaskan kerjasama di luar akidah bisa terjadi, apalagi ketika negara-negara Arab membiarkan Gaza terkepung, sementara rakyat kelaparan.
“Apakah kita akan melarang mereka menerima bantuan dari manapun?,” tambah dia.
Yang penting, kata dia, bantuan tidak mengubah akidah dan prinsip perjuangan. “Bantuan itu tidak mengubah aqidah dan prinsip perjuangan. Hamas terbukti tetap istiqomah di jalan Sunni meski bekerjasama dengan berbagai pihak,” ujarnya.
“Bahkan, Hamas mendukung revolusi Sunni di Suriah melawan Bashar al-Assad yang didukung Iran,” ujarnya.
Dalam ceramahnya, Fahmi Salim juga menyoroti sikap Mahmoud Abbas dari Otoritas Palestina (PA) yang tidak berdarah-darah bahkan tidak melakukan opsi perlawanan terhadap penjajah ‘Israel’, sebagaimana para pejuang lain seperti Hamas.
Anehnya, Ketika penjajah ‘Israel’ diterjang kebakaran, Otoritas Palestina langsung mengirim bantuan.
“Mahmoud Abbas diam saat rakyat Gaza dibantai ‘Israel’, tapi cepat menawarkan bantuan saat hutan ‘Israel’ kebakaran. Ini membuktikan siapa yang sebenarnya berpihak ke Zionis,” tambah dia.
Sebagai cendekiawan muda Muhammadiyah, Fahmi mengajak umat Islam harus cerdas dan tidak mudah terpecah belah. “Hamas adalah pejuang Sunni yang mempertahankan Masjid Al-Aqsa. Jangan sampai kita terjebak propaganda yang justru menguntungkan Zionis,” ujarnya.*