Hidayatullah.com–Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Akmal Sjafril mengatakan bahwa Kristen di Barat sesungguhnya telah ‘mati’, sebab ia terpaksa mengikuti arus sekularisme.
“Di Barat, orang-orang kristen berlomba-lomba dalam mengejar sains, tapi konsekuensinya mereka malah semakin menjauh dari agama, sebab agamanya memang kerap bermasalah dengan sains,” demikian ungkapnya dalam perkuliahan keenam Sekolah Pemikiran Islam (SPI) ITJ yang berlangsung di Aula INSISTS di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan, pada hari Kamis (16/10/2014) kemarin.
Sekularisme itu, lanjutnya, hasil dari ketakutan Barat terhadap Kristen atas otoritas gereja.
“Istilah Dark Ages atau jaman kegelapan di Barat menunjukkan bahwa pada masa-masa ini terjadi kemunduran kualitas hidup yang luar biasa di Eropa atau wilayah yang tadinya dikuasai Romawi Barat. Ironisnya, kegelapan ini berlangsung justru ketika Gereja menghegemoni di seluruh Eropa,” ujar penulis buku Islam Liberal 101 ini.
Menurutnya, Barat memilih sekuler karena problem dalam sejarah kristen itu sendiri. Kristen di Eropa sarat kekerasan, dan kekerasan itu diinstruksikan oleh gereja, sementara banyak penyimpangan yang justru dilakukan oleh pemuka agamanya.
“Inkuisisi membuat Barat menjadi trauma dengan Kristen, karena penebusan dosa ala Inkuisisi ini dilakukan dengan cara yang sangat sadis,” jelasnya.
Problem teks Bibel juga turut ambil bagian dalam mensekulerkan Barat, karena ayat-ayat dalam bibel saling bertentangan, tidak mengajarkan moralitas yang baik serta bertentangan dengan sains. Semua problem ini bertemu dengan trinitas dan aspek-aspek teologis lainnya yang juga bermasalah, karena amat sulit untuk dipahami dengan akal sehat.
Di akhir kuliahnya, Akmal menegaskan bahwa sekulerisme adalah ideologi yang merupakan produk spesifik dari pengalaman masyarakat Barat, bukan dunia Islam. Sekulerisme membawa dampak pemikiran yang sangat dahsyat kepada Barat, sehingga Kristen tidak lagi mewarnai Barat, bahkan kini Kristen-lah yang terbaratkan. Tidaklah mengherankan kiranya jika Islam akan selamanya bertentangan dengan sekularisme.*/kiriman Adif Widhianto Fauzi (Jakarta)