Hidayatullah.com– Jika dibandingkan sejumlah negara maju, pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kemerosotan. Sebaliknya, tingkat kriminalitas semakin menjadi-jadi.
Demikian menurut Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Kupang, DR. Umar Ali, M.Pd, pada acara penutupan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXVI tingkat kabupaten di Pesantren Hidayatullah, Kupang Barat, Kupang, NTT, Ahad (01/05/2016).
“Apa yang terjadi ketika anak cucu kita tidak mengenal lagi agama dan pendidikan? Maka sudah saatnya kita mempersiapkan generasi ini agar mengetahui mana yang benar dan mana yang salah; mana yang baik dan mana yang buruk,” katanya dalam sambutannya selaku Kepala Bidang Seksi Pendidikan Islam Kantor Kementerian Agama Kupang.
Sehingga, lanjut Umar, generasi ini bisa lebih baik dan maju pendidikannya dari segala aspek. Baik di bidang agama maupun di bidang umum, seperti perkembangan teknologi yang kian pesat.
“Semua itu harus diimbangi dengan pendidikan agama yang memadai, agar tidak terjadi kepincangan,” imbuhnya.
Terkait MTQ itu, Umar mengatakan, bagi yang telah memenangkan MTQ tingkat kabupaten, diupayakan untuk mempersiapkan diri ke tingkat provinsi di Kabupaten Ende, Pulau Flores. [Baca: Camat Non-Muslim Tutup MTQ ke-26 di Kupang]
Umar berjanji akan memberikan beasiswa kepada peserta yang lolos nanti untuk melanjutkan kuliah di STIT Kupang.
Tak lupa ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan MTQ ini. “Kepada Bapak Camat beserta jajarannya, Kepala Koramil, Kapolsek, aparatur desa, tamu undangan, seluruh panitia dan peserta, kami ucapkan ribuan terima kasih,” ujarnya.
Kegiatan MTQ di kabupaten minoritas Muslim ini dinilai tidak mungkin dilaksanakan kalau hanya seorang diri saja yang bekerja. Walaupun minim biaya, kata dia, dewan hakim dan panitia bekerja dengan sepenuh hati yang tulus, sehingga acara terselenggara dengan mulus.
“Kami berharap kegiatan serupa bisa terselenggara kembali di tempat ini. Karena kami merasakan pelayanan dan kesan bahwa suasana di tempat ini memberikan kesejukan bagi siapa saja yang akan berkunjung ke pondok (pesantren) ini,” ujar Umar.* Kiriman Usman Aidil Wandan, pegiat komunitas PENA NTT