Hidayatullah.com–Sekolah Pemikiran Islam (SPI) kembali menggelar kuliah singkat yang diselenggarakan guna menguatkan aktivis dakwah untuk menghadapi tantangan dunia Islam yang semakin besar.
SPI Fatahillah, Jakarta, yang telah meluluskan empat angkatan, resmi memulai kuliah perdana untuk angkatan kelimanya pada tanggal 7 September 2016. Perkuliahan digelar pada pukul 18.30 – 21.00 WIB di Gedung Suara Islam, Kalibata Tengah.
Meskipun hujan deras mengguyur Kalibata dari sore hingga malam hari, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat para peserta untuk hadir dalam kuliah tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan kehadiran hampir seluruh peserta yang memenuhi ruang kelas yang tersedia. Menurut penuturan panitia, total jumlah peserta yang terdaftar pada angkatan kelima ini adalah sebanyak 42 orang.
Perkuliahan akan diadakan sebanyak total 20 kali pertemuan yang akan dibagi menjadi dua semester.
Semester pertama dijadwalkan selama bulan September hingga November 2016, sedangkan semester kedua akan dijadwalkan kemudian. Kesepuluh materi di semester pertama antara lain Ghawzul Fikri, The Worldview Of Islam, Jurnalistik Dasar, Tauhidullah, Konsep Diin, Wahyu dan Kenabian, Masyarakat Jahiliyah dan sebagainya.
Penggagas SPI, Ustadz Akmal Sjafril, bertindak langsung sebagai narasumber dalam kuliah perdana ini. “Kursus singkat SPI ini memiliki misi utama untuk membangun tradisi ilmu yang sudah seharusnya dijaga oleh aktivis dakwah,” ujarnya.
Akmal juga mengingatkan bahwa keikutsertaan peserta dalam perkuliahan tersebut tidak hanya untuk menyelamatkan diri sendiri, namun juga untuk menyelamatkan umat agar kelak mampu berkumpul kembali di surga terindah.
“Kesepuluh materi yang diberikan pada semester pertama telah disusun sedemikan rupa dan akan dibawakan oleh pembicara-pembicara yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Tidak sembarangan orang bisa mengajar dalam perkuliahan ini,” tuturnya.
Akmal memberikan penjelasan lebih dalam tentang serba-serbi perkuliahan SPI. Salah satu aturan yang ditegakkan di SPI adalah toleransi ketidakhadiran hanya sebanyak tiga kali dengan alasan syar’i. Jika peserta tidak hadir lebih dari tiga kali, maka akan dianggap gugur dan tidak diperkenankan melanjutkan program.
Menurut Akmal, “Hal tersebut dilakukan guna menjaga adab dalam menuntut ilmu.”
Hal penting lain yang disampaikan Akmal ialah mengenai tugas pekanan yang berupa reportase dan karya tulis ilmiah.
Menurutnya, “Fenomena yang umum dalam gerakan dakwah saat ini adalah kurangnya kemampuan untuk bisa menulis, sehingga gerakan dakwah tidak terekspos ke dunia luar, padahal peranan media saat ini sudah begitu besar,” tandasnya.
Pada akhir perkuliahan, Ustadz Akmal kembali menyemangati peserta untuk istiqamah mengikuti kuliah singkat SPI ini hingga selesai. Beliau juga mengingatkan para peserta untuk terus memperbaharui niat.*/kiriman Irma Oktiani (Jakarta)