Hidayatullah.com– Tingginya angka perceraian di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Sehingga ini tentu sangat mengkhawatirkan banyak pihak termasuk Kementerian Agama. Berdasarkan data yang dikutip dari website Mahkamah Agung (MA), Rabu (03/04/2019), tercatat sebanyak 419.268 pasangan bercerai sepanjang 2018.
Dari jumlah itu, inisiatif perceraian paling banyak dari pihak perempuan yaitu 307.778 perempuan. Sedangkan dari pihak laki-laki sebanyak 111.490 orang.
Adapun provinsi tertinggi tingkat perceraiannya berdasarkan data yang dilansir oleh BPS dalam ‘Statistik Indonesia 2018’, maka Provinsi Jawa Timur (87.475 kasus), Provinsi Jawa Barat (79.047 kasus), dan Provinsi Jawa Tengah (69.857 kasus) menempati urutan pertama, kedua, dan ketiga dalam hal jumlah kasus perceraian terbanyak di Indonesia pada tahun 2017.
Merespons hal ini, Hidayatullah selaku ormas Islam yang berkonsentrasi dalam bidang dakwah dan pendidikan menyelenggarakan Training Mubaligh Konseling Keluarga.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Departemen Adab dan Pembinaan Keluarga DPP Hidayatullah ini digelar selama dua hari, Sabtu-Ahad (20-21/07/2019) di Pusdiklat Pondok Qur’an Hidayaturahman (PQH) Ciawi, Bogor, Jawa Barat.
Training ini diikuti oleh 30 dai dan mubaligh dari beberapa wilayah mulai dari Jakarta, Banten, Bogor, Bekasi, Depok, dan Cirebon. Bahkan ada yang berasal dari daerah Bandung.
Adapun narasumber dalam training ini menghadirkan para pakar di bidang konseling keluarga. Mulai dari Ustadz Muhammad Fauzil Adhim pakar parenting dan pendidikan anak; Drs Hamim Thohari pakar parenting, dan Drs Zainuddin Musaddad selaku trainer nasional Hidayatullah dan Ketua Departemen Adab dan Pembinaan Keluarga DPP Hidayatullah.
Training yang bertemakan “Kokohkan Keluarga Dai dengan Keluarga” ini sangat penting dan dibutuhkan masyarakat. Zainuddin Musaddad selaku ketua penyelenggara menjelaskan pentingnya training ini karena keluarga adalah pondasi bangsa dan negara kita.
“Keluarga adalah pondasi negara maka jika sebuah negara terdiri dari keluarga yang kuat dan berkarakter, tentu berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah maka bisa dipastikan negara itu akan kuat, sebaliknya jika negara tidak ditopang dengan keluarga yang kuat dan berkarakter maka bisa dipastikan negara itu akan runtuh,” penjelasannya.
Menarik, training ini selain diisi dengan materi dan praktik konseling, juga diisi dengan kegiatan lapangan seperti futsal dan bola voli. Tidak ketinggalan para peserta juga diisi ruhiyahnya dengan shalat lail berjama’ah dan tadarus Qur’an.
Terakhir, Zainuddin Musaddad berharap dari training ini para peserta bisa menjadi para konseling keluarga yang handal, cakap, dan profesional.
“Dengan adanya konseling keluarga Muslim ini semoga bisa membantu pemecahan masalah keluarga Muslim sehingga menurunkan tingginya angka perceraian di Indonesia,” pesan terakhirnya dalam menutup kegiatan tersebut.* Kiriman Abu Qori