Hidayatullah.com- Di saat sejarah internet Indonesia baru dimulai pada awal tahun 1990-an dan protokol Internet (IP) pertama dari Indonesia, UI-NETLAB (192.41.206/24) didaftarkan pada 24 Juni 1988, pendiri Hidayatullah (almarhum) Ustadz Abdullah Said ternyata sudah punya visi ke depan terkait e-commerce, marketplace, dan juga retail serta konsep home industry.
Hal itu diungkapkan Dewan Penasihat Aosiasi Pengusaha Hidayatullah (APHIDA) Asih Subagyo pada Webinar Series 03 – Pra Munas V Hidayatullah bertajuk “Mencetak 10.000 Wirausahawan Mandiri dan Berdaya Guna” penghujung pekan kemarin.
Dalam bidang ekonomi, kata Asih, obsesi Ustadz Abdullah Said adalah membangkitkan perekonomian masyarakat ekonomi lemah dengan mencarikan dan memberikan pinjaman kepada para pedagang kaki lima dan santri santri yang mempunyai kecenderungan untuk berdagang.
“Pernyataan ini sampaikan tahun 1990 yang ketika itu belum ada e-commerce dan marketpalce tapi arahnya ke sana. Tapi problemnya, kami ini sebagai pendamping beliau gak paham. Pemimpin itu pasti mempunyai bashirah yang tajam dan ini yang beliau lakukan,” kata Asih pada live streaming di kanal Youtube Hidayatullah ID, Sabtu (27/09/2020).
“Beliau juga berkeinginan membuat super market yang menyediakan segala macam kebutuhan. Dalam salah satu ceramahnya beliau berguyon, toko ini menjual terasi hingga helikopter tersedia dengan sistem pesan antar. Pesan di malam hari, pagi harinya diantarkan oleh petugas,” ujarnya.
Hal ini tidak saja saling menguntungkan, namun juga sebagai sebuah cara untuk menerbitkan hukum sehingga kaum wanita tidak perlu jauh-jauh keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Obsesi Abdullah Said tersebut kini telah menjadi kenyataan dengan mulai menjamurnya e-commerce, marketplace dan UKM-UB termasuk konsep bisnis halal food dan industri rumah tangga.
“Dan produksinya, dari terasi sampai helikopter. Artinya, semua industri ini mesti digeluti oleh kader Hidayatullah. Kesadaran ini yang belum tertanam di kita. Bisnis Islam itu bukan hanya herbal dan bekam, beliau memyampaikan dari terasi sampai helikopter, kan dahsyat,” kata Asih.
Di samping itu Abdullah Said juga menginginkan agar kita memproduksi sendiri bahan bahan makanan dengan tujuan menyediakan lapangan kerja dan untuk menghilangkan keragu-raguan terhadap produk-produk makanan yang ada.
Asih menukil dalam sebuah kesempatan kuliah umum malam Jumat, 25 Maret 1990, Abdullah Said menyampaikan bahwa, “kita harus kaya dan kaya, namun bukan untuk pribadi tetapi untuk lembaga. Karena yang kita pikirkan adalah seluruh dunia, bagaimana mengislamkan peradaban sekarang.”
“Spirit ini yang seharusnya kita jaga. Tidak sekadar dijaga tapi juga diimplementasikan. Kita sudah punya Hidayatullah Incorporated meliputi ekonomi lembaga, ekonomi ummat, dan ekonomi sosial,” pungkasnya menekankan secara khusus kepada jamaah Hidayatullah.
Webinar ketiga Pra Munas V ini juga menghadirkan narasumber President of Indonesian Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono serta dipandu oleh Musliadi Raja, pengusaha kuliner di Depok, Jawa Barat. Untuk diketahui, Hidayatullah akan menggelar Musyawarah Nasional V pada 29-31 Oktober 2020 secara virtual dan berpusat di Depok.* (A Chalik)