Hidayatullah.com– President of Indonesian Islamic Business Forum (IIBF), Heppy Trenggono, menilai ormas Islam sangat siap melahirkan puluhan ribu wirausaha dengan modal soliditas dengan kesatuan pandangan yang sama dan diikat dalam satu keluarga yang sama.
Bahkan menurutnya jumlah yang ditargetkan tersebut sejatinya masih terlalu kecil jika melihat potensi yang ada. Namun, dia mengingatkan, mentalitas atau karakter menjadi penentu tercapainya harapan tersebut.
“Kaya miskin itu soal karakter, bukan urusan apa yang anda miliki hari ini. Ini abstrak tapi sebenarnya ini adalah tugas semua pemimpin. Tugas utama pemimpin adalah membangun karakter. Hanya saja, untuk membangun karakter anda harus berkarakter dulu,” kata Heppy pada Webinar Series 03 – Pra Munas V Hidayatullah bertajuk “Mencetak 10.000 Wirausahawan Mandiri dan Berdaya Guna” melalui kanal Youtube Hidayatullah ID, Sabtu (27/09/2020).
Baca: 3 Prinsip Presiden IIBF Bertahan di Saat Krisis: Kekuatan Konsumsi, Komunitas, Digital
Dia mengutarakan, Indonesia memang memiliki masa lalu kelam yang pernah dijajah ratusan tahun yang turut mempengaruhi mentalitas kita sebagai sebuah bangsa. Tetapi itu bukan alasan bahwa kita tidak bisa membangun. Lantas, bagaimana kita memulai. Menurut Heppy, banyak sekali yang bisa kita mulai.
“Kalau bicara Indonesia, saya berharap Indonesia bisa berubah dengan satu orang. Tetapi itu kan tidak bisa ditunggu. Nah solusinya, bagaimana kita mulai membangun dari bawah,” kata Heppy.
Heppy mengatakan, bangsa ini memang menunggu seorang pemimpin yang membangun karakternya. Sebetulnya, kata dia, Sukarno memahami itu tapi Bung Karno dengan tantangannya tersendiri yang berjuang dari negara yang terjajah dan berdiri menjadi sebuah negara.
“Jadi eranya Bung Karno era politik. Perhatian beliau bagaimana politik luar negeri dan sebagainya. Tetapi beliau membangun karakter,” imbuhnya.
Baca: Heppy Trenggono: Orang-orang Yahudi Belanja di Toko yang Menjual Produk-produk ‘Israel’ di AS
Heppy menilai mencetak 10.000 pengusaha Muslim bagi Hidayatullah menurutnya adalah hal yang realistis namun bukan berarti tanpa rintangan, apalagi masa seperti saat sekarang ini dimana pandemi masih menyeruak.
Di sisi lain data penggangguran saat ini juga meningkat. Heppy menyebut, berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, jumlah pengangguran sudah bertambah lebih dari 10 juta orang akibat pandemi Covid-19. Bahkan Kadin memprediksi setidaknya ada 5 juta pengangguran baru bila Indonesia benar-benar masuk ke jurang resesi.
“Kita tidak menuju krisis, nggak, (tapi) kita sedang krisis. Kita bicara krisis sejak tahun lalu. Saya tidak menyangka akan ada pandemi yang kemudian mempercepat krisis ini,” imbuhnya.
Dampak krisis ini rupanya sangat terasa tak terkecuali bagi pemain bisnis besar. Tak ayal, kini sudah ditemukan penjualan produk makanan dan minuman merek-merek besar pada turun ke jalan.
Hal ini terjadi ketika ada terjadi krisis ekonomi. Krisis ekonomi itu karena menurunnya daya beli. Daya beli menurun, ekonomi tidak berputar pada satu titik, barang menjadi langka, suplai langka, bank macet, terjadi PHK, dan seterusnya.
Tapi ternyata, kata Heppy, teori ini disampaikan, ketika atmosfer itu menjadi tipis, bukan berarti habis. Tetapi yang besar-besar memang gelagapan tapi yang kecil di bawah masih terjadi putaran ekonomi dan masih ada spending dari masyarakat.
Itulah makanya kenapa pemain-pemain bisnis besar itu merubah target marketnya ke jalan-jalan, “karena di sana masih ada duit,” ungkapnya. Heppy mengatakan hal ini penting dia utarakan untuk kita pahami karena kita menguasai itu sebetulnya.
Untuk diketahui, jelang Musyawarah Nasional V pada 29-31 Oktober 2020 secara virtual dan berpusat di Depok, Hidayatullah menggelar sejumlah webinar pra munas. Pada Rabu (30/09/2020) sore, digelar webinar kelima dengan tema “Peran Ormas Islam Dalam Pembelaan Politik Islam”. Pematerinya Ketua Wantim MUI Prof Din Syamsuddin dan senator tiga periode Dr Abdul Aziz Qahar Muzakkar, bisa disaksikan pada kanal Youtube tersebut.* (A Chalik)