Hidayatullah.com—Hari Sabtu, (10/10/2020) Himpunan Mahasiswa Hidayatullah di Mesir (HIMAYAH) mengundang pendiri Markaz Kawakibul Fushoha, Dr. Syarafuddin Al-Azhari untuk mengisi seminar seputar bahasa Arab dan peradaban Islam. Acara yang dihadiri 30-an mahasiswa itu dilaksanakan di rumah Peradaban, distrik 10, Kairo, Mesir.
Dalam seminar bertemakan “Pentingnya Bahasa Arab dalam Membangun Peradaban Islam”, Syeikh Syaraf, sapaan akrabnya, menerangkan tentang awal perkembangan bahasa Arab. Beliau juga menjelaskan bahwa untuk membangun peradaban Islam diperlukan kemahiran dalam bahasa Arab, karena peradaban tidak bisa dibangun ataupun diperbarui kecuali dengan bahasa induknya.
“Sebagai umat Islam kita tidak akan bisa paham, tidak akan bisa mendirikan dan memperbarui peradaban yang kita miliki kecuali dengan bahasa induk, yaitu bahasa Arab,” jelasnya.
Selanjutnya guru yang fokus membina mahasiswa wafidin Al-Azhar ini juga menerangkan tentang pentingnya berbahasa. “Dengannya persoalan rumit jadi mudah, hal yang susah jadi mudah. Ia adalah penyingkap solusi yang tersembunyi. Dengannya apa yang diinginkan dapat tercapai,” terang doktor bahasa Arab lulusan Al-Azhar itu.
Dalam penyampaiannya beliau menerangkan mengenai persoalan yang sedang menjangkiti umat Islam terhadap bahasa Arab. Yaitu kurangnya perhatian terhadap praktik berbahasa.
“Permasalahan utama pada kita, bukan pada kaum sebelah (musuh). Membangun peradaban dapat efektif jika para pemudanya bersemangat dalam belajar, tekun berbahasa, kuat kaidahnya, mahir praktiknya,” kata , Dr. Syarafuddin pada para mahasiswa.
Di akhir pembicaraan, kepada segenap mahasiswa yang hadir beliau berpesan untuk terus bersemangat dalam belajar, menuntut ilmu, terkhusus dalam pendalaman bahasa.
“Karena berkembangnya ilmu itu tergantung pada tingkat kemahiran seseorang dalam berbahasa”, terangnya. “Dan ingat, ilmu takkan bisa berkembang, peradaban tidak akan bisa disayapkan dengan meninggalkan bahasa,” tambahnya.
Selesai pembicaraan, di depan hadirin dan YouTube live streaming Syeikh Syarafuddin menutup seminarnya dengan deretan doa. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cindramata, dan foto bersama.*