Hidayatullah.com—Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung Angkatan 8 telah mengadakan pertemuan kedua pada hari Kamis (08/09/2022) yang dilaksanakan di Ruang Tafsir Masjid Istiqamah Bandung dengan tajuk “Ghazwul Fikri”. Salah seorang peserta yang merupakan aktivis dakwah kampus menyatakan kesesuaian realita dengan apa yang disampaikan Akmal Sjafril, S.T., M.Pd.I selaku pemateri pada malam itu.
“Ghazwul fikri bukanlah teori konspirasi,” ujar Kepala SPI pusat tersebut mengawali materi. “Ghazwul yang berasal dari kata ghazwah berarti perang. Konfrontasi yang terencana, tujuannya adalah penaklukan. Konfrontasi yang mengharuskan kita siap memberi perlawanan,” ia mengungkapkan.
Salah satu kata yang ditekankan oleh penulis buku Islam Liberal 101 itu adalah ‘terencana’. Menurutnya, dalam berdakwah butuh perencanaan yang matang.
Seorang aktivis dakwah kampus tidak boleh hanya mengikuti rencana yang sama dari tahun ke tahun. Harus ada perbedaan karena sudah pasti masalah yang dihadapi berbeda dan harus bisa membaca situasi. “Langkah kita sering kali tidak sistematis dalam berdakwah,” tandasnya.
Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh Astri Dzurrotul Fadila, seorang mahasiswi Univesitas Islam Bandung, “Realita dakwah yang saya temukan dan hadapi masih banyak yang belum terencana. Banyak hal yang tidak dipikirkan atau direncanakan untuk jangka panjang. Adanya pandemi corona juga membuat beberapa ADK menjadi lebih tertutup dan tidak lagi tertarik untuk membahas kondisi umat dan hanya fokus pada organisasinya saja,” ungkapnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Astri mengungkapkan harapannya untuk aktivis dakwah kampus. ”Harapannya, ADK bisa kembali menyadari urgensi berdakwah sehingga bisa tahu langkah seperti apa yang harus diambil dan dilakukan dalam memperjuangkan risalah Rasulullah SAW,” paparnya.
Menurut Akmal, ghazwul fikri bertujuan untuk menaklukan. Ketika ADK sendiri tidak memahami urgensi dakwah kampus, maka jangan harap dapat menang dalam perang pemikiran.*/ Seilla Nur Amalia Firdaus