Hidayatullah.com–Jamaah haji diimbau menjaga ketahanan fisik dan mental menjelang pelaksanaan kegiatan utama dalam ritual haji, wukuf di Padang Arafah tanggal 9 Dzulhijah.
Kepala Bidang Bimbingan Ibadah Haji Surahmat di Jeddah, Senin, dikutip Antara menyarankan jamaah mengurangi kegiatan di luar ibadah.
“Intinya menjaga ketahanan fisik dan mental agar siap dalam menjalan ibadah wukuf yang merupakan inti dari pelaksanaan haji,” katanya.
Jangan sampai karena mengejar ibadah sunnah malah jadi jatuh sakit saat melaksanakan wukuf, tambah dia.
Dia menjelaskan, wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling utama dan tidak dapat ditinggalkan atau digantikan dengan amalan yang lain. Jika tidak wukuf maka tidak sah ibadah hajinya, katanya.
Dia lalu mengutip hadits Rasullullah Shallallahu ‘alaaihi Wassalam yang menyatakan bahwa, “Haji adalah Arafah, barang siapa datang pada malam perkumpulan sebelum terbitnya fajar, maka sesungguhnya dia telah menemukan Haji.”
Tampat wukuf di Padang Arafah yang terletak di sebelah selatan Kota Makkah saat ini sudah banyak ditumbuhi pepohonan.
Surahmat mengingatkan bahwa Wadi Uranah (lembah uranah) yang berbatasan dengan Arafah secara geografis tidak termasuk wilayah Arafah sehingga jamaah haji tidak dibolehkan melaksanakan wukuf di Wadi Uranah.
Persiapan wukuf dilaksanakan sejak 8 Dzulhijjah, dimana seluruh jamaah haji akan berangkat menuju ke Arafah dengan pakaian ihram dan niat berhaji dari pemondokan di Makkah.
Pada malam hari seluruh jamaah haji telah berada di Arafah untuk memperbanyak zikir, berdoa, dan membaca al-Quran.
Pelaksanaan wukuf dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, dimulai setelah zawal (tergelincir matahari) sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah.
Sebagai ibadah badaniah (ibadah fisik) pelaksanaan wukuf lebih fleksibel dari ibadah lainnya, jamaah haji yang melaksanakan wukuf tidak disyaratkan suci dari hadats kecil maupun hadats besar.
Pada saat melaksanakan wukuf disunahkan untuk memperbanyak dzikir, berdoa, tafakkur dan tadabbur, serta membaca al-Quran.
“Berdoalah yang baik-baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. Berbicara atau berbincang-bincang tidak dilarang sepanjang tidak membicarakan yang kotor, berdebat atau bertengkar,” kata Surahmat.
Pada hari wukuf (yaumil `Arafah) tanggal 9 Dzulhijjah, disebut yaumil barakah, yaumil ijabah, karena pada hari itu Allah akan mengabulkan doa dan permohonan hamba-Nya.
Oleh karena itu jamaah haji disarankan berdoa untuk kebaikan dan keberkahan diri sendiri, keluarga dan masyarakat dan tidak disarankan berdoa yang jelek (negatif), karena akan membawa kemudharatan bagi diri sendiri.
Pelaksanaan wukuf diawali dengan khutbah wukuf oleh pembimbing ibadah atau ulama/kyai, kemudian shalat dzuhur dan ashar jama’ taqdim dan diqashar, baik berjamaah atau munfarid (sendiri), diakhiri dengan doa wukuf.
Selanjutnya masing-masing jamaah haji dipersilahkan untuk memperbanyak istighfar, berdzikir, berdoa, dan membaca al-Quran.
Jemaah juga disarankan menyempurnakan pelaksanaan wukuf dan menghindari hal-hal yang membatalkan wukuf dan seluruh larangan ihram.
Larangan ihram adalah berpakaian yang berjahit dan memakai penutup kepala yang melekat di kepala dan memakai sepatu yang menutup mata kaki (bagi laki-laki), memakai wangi-wangian, memotong atau mencabut rambut, memotong kuku, menutup muka dan memakai sarung tangan (bagi wanita).
Larangan lainnya, memotong atau mencabut tumbuh-tumbuhan di tanah haram, berburu binatang darat, bercumbu atau berhubungan badan antara suami isteri, serta melaksanakan akad nikah dan meminang.
Seluruh jamaah haji diimbau memahami makna wukuf secara benar dengan menghayati amalan-amalan ibadah yang dilakukannya demi memperoleh ridla Allah SWT dan diterima oleh Allah SWT ibadah hajinya atau disebut haji mabrur.
“Haji yang mabrur sangat didambakan oleh seluruh jamaah haji karena akan memperoleh balasan surga yang disediakan oleh Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah hadis, haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali Surga,” kata Surahmat.*