Hidayatullah.com–Pasukan khusus, yang terdiri dari intelijen Inggris dan AS dikabarkan telah bersiap sedia melakukan serangan baru ke negara Iran dalam waktu 12 bulan mendatang.
Rencana serangan ke Iran itu menyusul atas tududan dua negara ini yang menyebut Iran telah mengembangkan senjata nuklir.
“CIA sudah berada di Iran guna menentukan sejauh mana kemajuan program senjata nuklir Iran,” tulis sebuah tabloid Inggris, The Evening Standard (TES) tanpa menyebut sumbernya.
Menurut TES, aktivitas penyelidikan senjata nuklir di Iran teleh berlangsung dan dijalankan sekurang-kurangnya 16 titik lokasi. Termasuk di Universiti Teheran, tempat para mahasiswa Iran melakukan demonstrasi sejak delapan hari lalu.
“Iran baru-baru ini menghasilkan beberapa peluru kendali jarak sederhana terbaru yang bisa sampai ke Israel, Cyprus,” tuduh tabloid itu.
Seorang pegawai intelijen Inggris mengatakan, semua kampanye atas Iran tidak akan dilancarkan seperti halnya taktik serangan darat seperti di Iraq.
“Amerika akan menggunakan taktik lain,” kata seumber tersebut.
Menurut laporan Agen Tenaga Atom Internasional(IAEA), ada kelemahan dalam laporan resmi Iran mengenai kemudahan nuklirnya.
Ketua pemeriksa IAEA, Mohammed El Baradei mengatakan, “Teheran gagal melaporkan bahan nuklir dan aktivitas tertentunya.”
EU minggu ini juga mendukung tuntutan AS dan Inggris supaya membenarkan pemeriksa IAEA bebas masuk memeriksa nuklirnya di Iran.
Rusia yang selama ini dianggap berpihak Iran juga mendukung supaya pemeriksa dibenarkan meneliti kemudahan nuklir Teheran.
Pemerintah resmi Iran, bagaimanapun, menolaknya dan menuduh Washington telah melakukan campur tangan dalam banyak hal atas Iran.
Meski tidak pernah terbukti, untuk menaklukkan sebuah bangsa yang demokratis, AS dan sekutunya selalu menuduh menyimpan terorisme, mengembangan teknologi nuklir atau senjata pemusnah massal.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Tahun 1986, koran Sunday Times pernah memuat pengakuan Mordechai Vanunu, seorang pria yang mengungkap program nuklir Israel di sebuah tempat di Dimona.
Akibat pengakuannya dan penunjukkan beberapa gambar kilang nuklir itu, Vanunu harus dipenjarakan selama tidak kurang 17 tahun.
Meski begitu, AS selalu menutup mata beberapa kali fakta kegiatan nuklir Israel yang selama ini terus dikembangkannya.(afp/bh/bbc/cha)