Hidayatullah.com–Para pemimpin Muslim memprotes 19 orang -18 di antaranya berasal dari Pakistan dan seorang dari India- telah ditahan dan diselidiki karena alasan rasial, bukan karena ada bukti berkaitan dengan terorisme.
“Sudah cukup,” kata Amina Sherazee dari Kongres Muslim Kanada, dan menambahkan bahwa para pria tersebut menjadi korban penahanan semena-mena. Amina menuduh polisi Kanada melakukan pelanggaran hak azasi manusia.
Mereka ditahan sejak 14 Agustus lalu karena dianggap sebagai ancaman keamanan nasional setelah polisi melakukan penggerebekan dalam aksi yang diberi nama “Operation Thread”. Belum ada tuduhan kejahatan yang diajukan terhadap mereka, meski sebagian tahanan adalah imigran gelap, demikian menurut kalangan pejabat imigrasi.
Seluruh tahahan itu mulai didengar keterangannya Rabu (Kamis 28/8 WIB). Belum diketahui apakah mereka akan tetap berada di tahahan sementara menunggu kemungkinan pendeportasian.
Empat dari lima kasus pertama hasilnya menunjukkan para tersangka diperintahkan tetap dalam tahanan oleh Dewan Imigrasi dan Pengungsi, satu lembaga swasta yang memutuskan kasus pengungsi dan imigrasi lainnya. Kasus lainnya ditunda sampai Kamis, sementara yang lainnya juga akan didengarkan keterangannya.
Semenjak isu terorisme menjadi kampanye AS, beberapa negara di belahan dunia juga sibuk memburu’orang-orang yang dikait-kaitkan dengan terorisme.
Di Australia, polisi sibuk mencari orang-orang yang berwajah melayu, khususnya Indonesia. Di AS, keamanan super ketat juga nampak pada para pendatang berwajah Arab dan bernama Islam.
Di Indonesia, polisi juga disibukkan dengan ‘hantu’ bernama Jama’ah Islamiyah (JI). Bahkan beberapa minggu lalu, sempat terdengar isu di beberapa pesantren akan adanya pendaftaran dari aparat keamanan terhadap semua santri.
Sikap reaktif berbagai pihak di belahan dunia ini tak urung menunjukkan kemenangan AS dalam kampanye melawan terorisme. (ap/wpd/cha)