Hidayatullah.com–Dalam statemen yang baru dirilis Sabtu, kemarin, militer AS mengakui jatuhnya korban tewas anak-anak itu. “Menyusul serangan (udara), pasukan koalisi di lapangan menyelidiki areal target dan mendapati jasad satu orang yang diinginkan dan mayat sembilan anak itu.” Demikian statemen militer AS dari markasnya di Pangkalan AU Bagram, utara ibu kota Kabul.
Jubir AD AS Mayor Christopher E. West menjelaskan, sembilan anak Afghanistan itu tewas setelah sebuah pesawat tempur A-10 Thunderbolt milik AS memberondong wilayah yang diduga jadi persembunyian tersangka militan Taliban. Itu terjadi sekitar pukul 10.30 waktu setempat (13.00 WIB) Sabtu lalu di wilayah selatan Kota Ghazni, 130 km arah barat daya Kabul.
“Pada saat terjadi penyerangan, kami tidak tahu ada anak-anak di dekatnya. Setelah serangan, tentara darat pasukan koalisi yang menyisir area tersebut menemukan mayat tersangka bersama sembilan anak di dekatnya,” kata West.
Militer AS telah membentuk sebuah komisi khusus untuk menyelidiki tewasnya sembilan anak itu. Mereka akan menelusuri ada tidaknya kesengajaan dalam penembakan itu. “Pasukan koalisi sangat menyesalkan kejadian yang merenggut nyawa bocah-bocah tidak berdosa tersebut. Tentara kami akan tinggal di daerah ini selama beberapa hari guna membantu para keluarga korban dan mencari penyebab kematian mereka,” terang West.
Dia menambahkan, operasi Sabtu lalu ditargetkan ke Ghazni. Alasannya, di kota itulah tersangka penculik dua kontraktor asal India -yang bekerja membangun jalan lingkar Kabul-Kandahar-Herat belum lama ini- berada. Secara resmi, nasib keduanya belum diketahui meskipun kantor berita AFP yakin keduanya telah tewas dibunuh.
Menurut West di Pangkalan AU Bagram, sebelum melancarkan serangan, pihaknya cukup lama dan kontinu mengumpulkan informasi intelijen. Hasilnya, pada Sabtu itu sampailah pada kesimpulan bahwa operasi harus dilakukan ke sebuah lokasi pedesaan yang selama ini terisolasi di selatan Ghazni.
Sejatinya, tambah West, operasi sudah dilakukan secara seksama. Terdapat beberapa rumah penduduk di dekat daerah yang diserang. Tapi, pesawat tempur AS tidak menyerang rumah-rumah tersebut.
“Pasukan koalisi memegang aturan pertempuran yang ketat dan keras, terutama untuk menghindari insiden seperti ini. Tapi, kami akan terus menggelar operasi dengan sasaran teroris yang mengancam masa depan Afghanistan,” terang West.
Sementara itu, Jubir Gubernur Provinsi Ghazni, Ahmad Zia Masood, menyatakan bahwa serangan militer pada Sabtu lalu itu sebenarnya ditargetkan kepada Mullah Wazir, pejuang Taliban yang disebut-sebut menembak sebuah helikopter AS sehari sebelumnya.
“Tentara AS tahu betul posisi untuk melepaskan tembakan sehingga mereka memutuskan memakai jet tempur untuk membombardir tempat tersebut,” tegas Masood. Tapi, dia belum bisa memberikan keterangan apakah sepuluh korban itu adalah Wazir beserta keluarga maupun tetangganya.
Atas insiden yang menewaskan sembilan anak-anak itu, PBB menyerukan dilakukannya penyelidikan secara cepat dan hasilnya segera diumumkan. Dengan begitu, petaka tersebut tidak menambah rasa tidak aman di kalangan warga sipil, khususnya anak-anak.
Utusan PBB Lakhdar Brahimi menegaskan, tugas melindungi warga sipil merupakan “kewajiban” setiap organisasi militer. “Perwakilan khusus dan keluarga besar PBB di Afghanistan merasa tersentak mengetahui sembilan anak tewas di Ghazni oleh tindakan militer pasukan koalisi,” papar Jubir PBB Manoel de Almeida e Silva membaca pernyataan Brahimi.
Dalam perkembangan lain, setelah insiden di Ghazni, sebuah bom yang ditaruh di sepeda pedal meledak di sebuah pasar yang ramai pengunjung di Kandahar. Kejadian ini melukai 20 warga. Taliban mengklaim bertanggung jawab atas bom yang diakui sejatinya ditargetkan kepada tentara AS tersebut.
Sayang, katanya, bom itu telat meledak. Ledakan baru terjadi di depan sebuah hotel di distrik komersial utama Kandahar pada 12.30 siang waktu setempat (15.00 WIB). Menurut televisi setempat, tiga anak- turut jadi korban dalam serangan itu. (jp)