Hidayatullah.com–Kehadiran pasukan asing dinilai hanya akan memicu tindakan pembalasan di kawasan itu, yang berpenduduk mayoritas Muslim moderat. Malaysia dan Singapura menyatakan bahwa Konflik Timur Tengah, yang menyebabkan meluasnya kemarahan di antara kaum Muslim Asia Tenggara, sebagai faktor penyebab maraknya aksi teror.
“Kita harus hindari kehadiran pasukan asing dalam perang melawan ancaman terorisme di Asia Tenggara. Hal ini bukan karena kita tak mempercayai pihak-pihak yang berasal dari luar kawasan, tetapi karena kehadiran militer asing akan membawa kemunduran dalam perang ideologis kita melawan ekstremisme dan militansi,” kata Menteri Pertahanan (Menhan) Malaysia Najib Razak di hari terakhir Konferensi Keamanan Asia di Singapura, Minggu (6/6). Sebelumnya, Menhan AS Donald Rumsfeld mengatakan, AS akan terlibat perang atas terorisme di Asia.
“Kasus Iraq harus menjadi pelajaran yang jelas bagi kita: (pasukan) pembebasan yang tak dipersiapkan dengan baik dapat saja melakukan kesalahan, dan kegagalan dari niat yang baik bisa mengakibatkan kerusakan parah pada stabilitas sosial dan politik,” lanjutnya.
Namun, dalam forum keamanan itu Najib juga menyatakan, Malaysia tetap terbuka untuk berdiskusi dengan AS dan negara-negara lain untuk meningkatkan kerja sama intelijen dan pengamatan. Ia akan melakukan pembicaraan dengan Laksamana Thomas Fargo, Panglima Komando Pasifik AS, dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan di Malaysia, sebelum akhir Juni ini.
Malaysia juga menolak penggunaan pasukan militer Amerika untuk melindungi pelayaran internasional di Selat Malaka yang vital.
Sikap politik luar negeri Malaysia ini berbeda dengan Singapura dan Australia yang lebih mudah didekte Amerika Serikat.
Amerika telah menggunakan pertemuan para menteri keamanan Asia Paifik di Singapura untuk menjelaskan apa yang disebutnya Prakarsa Keamanan Maritim Regional untuk melindungi Selat Malaka.
Menteri Pertahanan Malaysia mengatakan, Amerika tidak boleh memegang perang militer langsung di perairan penting itu.
Katanya, kehadiran pasukan asing dalam jumlah besar di kawasan ini akan kontra-produktif, karena akan merupakan kemunduran dalam perang melawan terorisme di kawasan itu.
Senada dengan Malaysia, pemerintah Thailand juga menolak campur tangan militer AS di negeri itu. Pihak pemerintahan Thailand hari ini menolak segala keterlibatan pasukan AS dalam usaha yang mereka sebut sebagai pemulihan keamanan dan di Thailand Selatan.
“Tidak ada alasan untuk AS menempatkan pasukannya di wilayah itu. AS memang sering memberi pernyataan mengenai persoalan seperti itu tetapi Thailand masih mampu menangani masalah tersebut,” kata Wakil Perdana Menteri, Chavalit Yongchaiyudh.
Persoalan menempatkan Pasukan AS di Thailand dimunculkan oleh Menteri Pertahanan AS, Donald Rumsfeld dalam kunjungannya ke Asia Tenggara minggu lalu. Rumsfeld mengharap pasukan AS akan turut dilibatkan memburu apa yang dia sebut-sebut sebaga terorisme di Asia Tenggara. Sayang usulannya itu ditolak mentah-mentah oleh Thailand. (abcn/tvri/cha)