Hidayatullah.com–Pemerintah India mengatakan akan menghormati status otonomi khusus Kashmir dan akan melakukan perundingan dengan semua pihak yang bersengketa di wilayah teritorial Himalaya.
Pemerintah India kemarin mengungkapkan agenda kebijakan mereka dalam sebuah pidato yang disampaikan oleh Presiden India Abdul Kalam di depan parlemen.
Kalam mengatakan, pemerintah India yang dipimpin oleh Perdana Mengeri Manmohan Singh bertujuan membuat rakyat India tersenyum melalui program reformasi ekonomi untuk mengangkat kaum miskin.
Ditambahkan oleh Kalam, partai komunis yang mendukung partai Kongres yang berkuasa telah menyatakan komitmen mereka untuk memastikan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 hingga 8 persen sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.
Kashmir berada di pusat konflik di antara India dan Pakistan. Kashmir dengan jumlah penduduk penduduknya muslim sebesar 12 juta terus mengalami pendindasan di bawah pemerintahan India.
India-Pakistan telah tiga kali terlibat perang terbuka (tahun 1947, 1965, dan 1971), dua di antaranya disebabkan problem Kashmir. Tidak kurang Lebih dari 38-ribu orang telah tewas di Kashmir sejak pemberontakan anti-India mulai berkobar pada tahun 1989. Keinginan Muslim India untuk mendirikan negara Muslim sendiri yang terpisah dari mayoritas Hindu menjadikan mereka menjadi kelompok tertindas dan teraniaya hingga kini.
Masa Lalu
Baru-baru ini, para Menteri Luar Negeri (Menlu) Pakistan dan India telah menyetujui untuk melupakan persaingan di masa lalu yang bertujuan mengakhiri permusuhan selama lebih dari setengah abad.
Menlu India yang baru, Natwar Singh, mengatakan kepada Menlu Pakistan, proses dialog dengan Pakistan akan dilanjutkan dan kontak akan lebih digalakkan.
Pemerintah pimpinan Partai Kongres I di India –yang mengambil alih kekuasaan bulan lalu– telah berjanji akan melanjutkan proses perdamaian yang telah dirintis oleh pemerintah nasional Hindu sebelumnya.
India selalu menuduh Pakistan meniup-niup pemberontakan Islam terhadap pemerintahan India di Kashmir yang wilayahnya terbagi menjadi bagian dari kedua negara, yang berakitab konflik tak pernah usai dan menjadikan kesengsaraan warga Kashmir. (abcn/hid/cha)