Hidayatullah.com–Penderitaan rakyat Palestina justu menjadikan pekerjaan bagi bangsa Yahudi. Buktinya, sekitar 20.000 petugas pengamanan (satpam) Israel terancam menganggur sebagai akibat dari makin meredanya serangan para pejuang Palestina.
Para pemilik restoran dan fasilitas wisata lainnya dikabarkan tengah mengambil ancang-ancang untuk mem-PHK staf mereka yang biasa bertugas menggeledah dan memeriksa tas-tas para pengunjung.
Benny Peperman, Direktur Kementerian Infrastruktur Israel, mengungkapkan hal itu kepada harian Yediot Aharonot, kemarin. Menurut dia, tindakan (pemutusan hubungan kerja (PHK) itu bakal diambil setelah serangan pejuang Palestina berkurang drastis pada paruh pertama tahun ini.
Militer Israel mengatakan Selasa (22/6), jumlah serangan yang dilancarkan pejuang Palestina selama Januari-Juni 2004 turun 75% dari periode yang sama pada 2003.
Jumlah petugas pengamanan swasta di Israel meningkat dari 17.000 menjadi 46.000 sejak bangkitnya gerakan intifada September 2000.
Menteri Pertahanan Shaul Mofaz Selasa (22/6) malam mengatakan, merosotnya serangan-serangan tersebut kemungkinan besar karena adanya tembok pemisah yang tengah dibangun di sekeliling Tepi Barat.
Dalam suatu seminar di Kfar Ruppin, sebelah utara Tel Aviv, Mofaz mengatakan gerakan intifada telah menguras keuangan Israel sebesar US$5,5 miliar dalam empat tahun terakhir.
Sementara itu, biaya pembangunan tembok sepanjang 700 kilometer itu, proyek termahal yang pernah dilakukan Israel, seluruhnya diperkirakan lebih dari US$3 miliar. Pembangunan tembok itu dijadwalkan rampung tahun depan.
Foto Kekerasan
Selain itu, kemarin, juga dikabarkan polisi militer Israel tengah menyita video dan kesaksian tertulis serdadu Yahudi tentang kekerasan terhadap warga Palestina yang ditampilkan dalam suatu pameran di Tel Aviv.
Militer dan polisi Israel menggerebek pameran foto berjudul Breaking the Silence di Tel Aviv, Rabu (23/6). Lima prajurit Israel yang menggelar pameran ini diinterogasi karena gambar-gambar yang dipajang menunjukkan perlakuan kasar dan siksaan terhadap warga Palestina di Hebron.
Kelimanya juga langsung menerima surat perintah pengadilan agar menyerahkan materi apa pun yang dapat membantu penyelidikan tersebut. Sebuah album berisi kliping surat kabar dan rekaman video lebih dari tujuh puluh prajurit juga disita.
Ketujuh puluh prajurit ini adalah bagian dari 80 serdadu yang memberikan pengakuan mengenai kenyataan gila yang mereka temui saat menjalani wajib militer di Kota Hebron.
Breaking the Silence berisi foto dan pengakuan para prajurit tersebut mengenai tindakan semena-mena prajurit Israel seperti mengganggu pengantin yang baru menikah dan melempar granat ke anak-anak Palestina.
Israel juga menyerang warga Palestina kemarin sore (22/06) di Khan Yunis. Seperti yang dilansir Markaz filistini lili’lam, seorang pemuda Muhammad Mahmud Audah (19) mengalami luka di bagian kakinya di sekitar pemukiman Mauraj, sebelah selatan Khan Yunis dan melukai pemuda lainnya, Fadwah Ahmad Kilab (20) di desa Amal. (afp/mfl/cha)