Hidayatullah.com–Wassin Jamil, adalah seorang warga Iraq yang juga penganut Kristen Katolik. Sebelum ini, Jamil ikut menyertai rombongan missionaris AS. Kesannya, tindakan AS menakluk negaranya telah ikut menyempurnakan impiannya yang telah lama untuk memurtadkan penduduk Islam di negeri 1001 malam itu.
“Ini adalah misi semua penduduk Kristen guna membawa salib dan menyeru penduduk untuk mengikuti ajaran Kristus. Iraq tidak boleh dibiarkan tanpa Tuhan,” ujar Jamil kepada Agence France-Presse (AFP).
Bekas penjual alat ganti motor berusia 38 tahun itu ikut membuka gereja pada September tahun lalu, beberapa bulan selepas Saddam Hussein tumbang.
Dengan bangganya, Jamil menyatakan, dirinya kini sudah sukses memurtadkan 160 warga penduduk Iraq.
“Ketika pemerintahan Saddam semua ini dilarang. Sekarang semuanya boleh,” kata pria yang berasal dari Mosul dan memeluk agama Kristen pada tahun 1999 itu saat menyertai sebuah kumpulan yang dinamakan ‘Holiness and Revival’ saat melawat ke Amman.
Seorang mahasiswa filsafat ketuhanan dari Amman yang ikut melawat Jamil sempat berujar, “Iraq adalah tanah milik Tuhan dan salah satu tempat yang menjadi asas Kristen tetapi diduduki agama lain. Kita tidak seharusnya meninggalkan Iraq.
“Selepas tamat sekolah penginjilan, saya akan kembali ke sini bagaimanapun kerasnya keadaan negara ini. Saya akan menyebarkan agama Kristen kepada rakyat Iraq dan ini menjadi misi saya,” ujar mahasiswa yang tidak ingin disebut namanya itu.
Di Iraq, Kini diperkirakan sekitar 700.000 penganut Kristen mewakili tiga persen dari 24 juta populasi warga negara itu.
“Sejak jatuhanya Saddam sudah ada sekurang-kurangnya enam gereja di Baghdad,” ujar Nabil Sara, seorang missionaris sambil secara bangga menunjuk sebuah gereja kecil yang dibukanya pada Februari 2004.
“Gereja induk di Amman memberikan dana untuk gaji dan kos kami di sini. Penganut Kristen turut memberikan sumbangan,” katanya.
Sampai hari ini, gereja dan missionaris tumbuh bak cendawan di musim hujan di Iraq. Tapi, beberapa kelompok agama Kristen lain justru ikut resah.
“Di saat keadaan susah seperti ini, kita seharusnya tidak melakukan sesuatu yang menjadikan umat Islam marah,” ujar Farid Fatallah, seorang penganut Kristen Protestan.
Bagaimanapun Sara turut mengakui bahwa undang-undang di Iraq telah melarang orang Islam memeluk agama Kristen atau agama lain.
Sebagaimana diketahui, koran Inggris, pada Desember 2003 lalu menyatakan para missionaris asal AS membanjiri Iraq pasca jatuhnya Saddam dengan cara menyamar sebagai petugas agen bantuan kemanusiaan.
Maret lalu, tentera AS mengumumkan empat missionaris Kristen terbunuh akibat ditembak di tepi jalan di Mosul. (AFP/iol/bh)