Hidayatullah.com–Semenjak tragedi 11 September, PM, John Howard, merupakan orang nomor satu di Australia yang bersemangat melakukan kampanye memerangi terorisme. Namun efeknya, sejak saat itu, warga Islam Australia berulang kali menjadi mangsa serangan baik dalam bentuk fisik dan hinaan.
Perlakuan buruk terhadap warga Islam termasuk sikap diskriminatif itu terus bertambah kuat setelah banyak warga Australia menjadi sasaran serangan bom di Bali pada tahun 2002. Serta pengeboman kedutaan negara itu di Jakarta bulan lalu.
Bagaimanapun, penduduk Islam Australia amat sangat kecewa terhadap Howard, yang selama ini menjadi orang penting yang ikut menciptakan suana rumit warga Muslim negara itu melalui berbagai pandangan dan pernyataannya.
“Pemerintahan Liberal telah menciptakan persepsi dengan melihat Islam sebagai musuh,” ujar seorang warga Muslim keturunan Afrika, Hassan Ghulam, yang ikut bertarung menjadi anggota anggota senat di wilayah Queensland.
Dari sekitar 20 juta jumlah penduduk Australi,a sekitar 250-300 ribu adalah warga muslim. Dan sekitar 50 ribu -an orang adalah keturunan Indonesia.
Hanya segelintir warga Muslom yang dimungkinkan memilih partai pimpinan John Howard akibat berbagai kebijakannya selama ini yang amat menyulitkan warga muslim.
Beberapa isu lain yang ikut menjadikan warga Muslim Australia tak berminat memilih Howard adalah kampannye AS di Iraq terutama saat banyak di warga Muslim Australia datang sebagai pelarian dari Iraq sejak awal tahun 1990-an.
Yang dijadikan isu itu adalah sikap pemerintahan Australia terhadap pencari suaka tidak sah, yang kebanyakan berasal dari negara Islam terutama Iraq dan Afghanistan.
Pengurus Lembaga Islam New South Wales, Ali Roude, mengatakan, banyak penduduk Islam Australia, seperti juga penduduk lain merasa ragu atas kebijakan kesehatan, pendidikan dan lain-lain.
Namun, mereka juga mengaku merasa bimbang dengan kedudukan mereka selama ini dalam masyarakat negara itu.
“Berikut peristiwa 11 September dan, sentimen anti-Islam semakin meningkat yang jelas menjadikan kedudukan kami amat sulit.
“Terdapat banyak kasus kajian, surat berunsurkan kebencian dan pembakaran tempat ibadah berikut kejadian itu,” katanya.
Dia menambahkan, perasaan itu muncul disebabkan undang-undang antiteror yang dianggapnya sangat terlalu menyulistkan Islam.
“Berdasarkan isu ini, seseorang dapat menyimpulkan ke mana arahnya pemilih Islam ,” katanya. (afp/cha)