Hidayatullah.com–Para ulama Sunni itu mengatakan, pertumpahan darah bukanlah jalan menuju Pemilu yang demokratis. Sebaliknya perang jihad akan mungkin terus dilancarkan jika strategi panjajah Amerika tidak segera dihentikan.
“Saudara saya sedang menghadapi satu pembunuhan besar-besaran di Samarra,” kata Sheikh Mohammed Bashar al-Faidi, jurubicara para ulama kepada para wartawan di Masjid Umm al-Qura di Baghdad.
“Ini adalah beberapa seri pembunuhan baru yang dilakukan negara teroris terbesar di muka bumi yaitu Amerika,” katanya.
Pasukan AS dan Iraq telah menguasai kota Samarra di bagian utara Baghdad selepas melancarkan serangan udara besar-besaran ke atas pejuang Iraq yang bersembunyi di kota itu.
Senin kemarin, AS mengumumkan sekitar 150 orang terbunuh dalam operasi itu dan 10 persen dari nya adalah warga sipil. Namun data dari rumah sakit setempat mengatakan, angka korban terus meningkat.
Seorang saksi bernama Faidi, mengatakan, koita itu dikepung, penduduk dilarang keluar rumah. Mereka terpaksa mengebumikan mayat keluarga dan kerabatnya di halaman rumah mereka karena takut ditembak pasukan Amerika.
Dua hari ini, korban keganasan AS di kota itu terus bertambah. Meski AS terus memburu para palaku —-yang dia sebut-sebut sebagai teroris– di seluruh dunia. Toh, periakunya itu lebih pantas disebut teroris. (AFP/cha)