Hidayatullah.com–Rizal, 20, pemuda asal Banda Aceh ditemukan anak buah kapal Durban Bridge Senin (3/1) di atas ranting di tengah samudra. Di tengah laut, pemuda pemberani ini mengaku hanya minum air laut dan air hujan. Meski begitu, dirinya mengaku tak pernah berhenti membaca doa dan memohon semoga selamat dari bencana yang dihadapinya. Yang tak kalah menarik, Rizal mengaku tak pernah meninggalkan sholat di atas samudra itu hingga dirinya ditemukan.
Seperti dikutip Berita Harian, Rizal mengaku, ketika Tsunami melanda Banda Aceh pada pagi hari tanggal 26 Desember lalu, dia bersama beberapa temannya tengah ikut gotong-royong membuat masjid.
“Ketika sedang membuat masjid, tiba-tiba datang anak-anak yang menjerit sambil mengatakan, ‘lari, ombak besar’. Masya-Allah, saya nampak ombak besar datang lalu terus berlari dan memanjat sebuah gedung dua tingkat.
“Bagaimanapun, ombak yang datang itu terlalu besar sehingga menyebabkan semua tenggelam, tinggal saya saja. Kemudian, datang lagi ombak yang lebih besar, setinggi kira-kira 15 meter dan saya terus dihanyutkan ke laut.
“Ketika itu saya lihat mayat di sekeliling saya. Kiri, kanan semuanya mayat tetapi saya tidak takut, saya cuma terfikir… jangan-jangan orang tua saya sudah meninggal. Ya sudah, jika orang tua saya sudah meninggal, apa boleh buat,” katanya.
Setelah terapung-apung di atas ranting di tengah lautan selama delapan hari, pemuda dengan tinggi 1.67 meter dan berat badan 55 kilogram itu kemudian ditemukan awak Durban Bridge yang berlabuh di Dermaga 21, Pelabuhan Utara, Malaysia pada jam 7.30 pagi, semalam.
Rizal kemudian diantar dengan ambulans ke Rumah Sakit Tengku Ampuan Rahimah (HTAR), Klang guna mendapatkan perawatan lebih lanjut dan keadaannya dilaporkan stabil.
Rizal dijumpai anak kapal Durban Bridge, sekitar 100 mil dari pantai Aceh dengan hanya memakai kemeja jingga dan menggunakan celana pendek hijau tua. Saat itu, Rizal sedang berdiri di timbunan ranting yang terapung.
Lambaian tangannya ke arah kapal kemudian terlihat anak buah kapal Durban Bridge. Seorang anak buah kapal kemudian melemparkan pelampung pada Rizal yang kemudian terpaksa berenang sejauh kira-kira 100 meter untuk menghampirinya sebelum dibawa naik.
Kapten kapal itu, Liu Xiang Ping, kemudian mengabarkan penemuan pemuda pemberani itu kepada pihak pemerintah di pelabuhan Northport dengan mengirimkan email dan meminta supaya persiapan dilakukan setibanya di pelabuhan.
Saat ditanya mengenai detik paling menyedihkan baginya sepanjang tragedi itu, Rizal yang masih kelihatan lemah berkata, hatinya amat pilu apabila melihat sendiri bagaimana ahli keluarganya ditelan tsunami itu.
“Selain itu, saya juga menyaksikan sendiri bagaimana seorang lagi sahabat saya yang masih selamat dengan berpaut di timbunan batang yang hanyut, hilang dan lemas hanya dua hari sebelum saya diselamatkan kapal ini.
“Barangkali, kini semua keluarga saya sudah meninggal dunia. Saya tidak tahu,” katanya sambil kesedihan terbayang di wajahnya tetapi segera ditahannya dengan mengucapkan syukur kepada Allah.
Rizal yang mengalami banyak luka di kedua-dua belah kaki mengatakan, sepanjang di laut, dia terpaksa berpaut pada ranting yang menjadi pelampungnya serta minum air hujan dan air kelapa serta makan makanan yang terapung di dekatanya.
Ketika hanyut, katanya, dia juga melihat beberapa kapal lewat dan mencoba memberikan isyarat tertentu guna meminta bantuan tetapi jaraknya sangat jauh sehingga isysaratnya tak terlihat.
Rizal juga bercerita, dia juga jatuh ke laut beberapa kali bersama ombak yang kuat pada saat kejadian itu tapi kemudian dia sukses berpaut pada batang ranting yang kemudian dijadikan sebagai pelampungnya hinga dirinya ditemnukan.
Keajaiban Allah
Ditanya bagaimana dia bisa terselamat sedangkan hanyut lama di laut, Rizal hanya berujar, “Segalanya berkat izin dan kebesaran Allah. Allah mengizinkan saya panjang umur… maka ya, saya panjang umur,” katanya.
Sementara itu, pejabat kepolisian Northport, Inspektor Polis Bantuan Abdul Rashid Harun, mengatakan, Rizal memberitahukan, saat di tengah samudra, Rizal terus membaca doa menahan lapar bahkan tak pernah meninggalkan sholat sepanjang terapung di laut.
“Cuma, banyak luka di kedua-dua kakinya dan Rizal nampak lemah serta letih. Tetapi dia boleh berjalan dan bicara,” ujar Abdul Rashid.
Pejabat Northport itu pertama kali menerima pesan mengenai penemuan Rizal melalui email Durban Bridge sekitar jam 9 pagi. Setelah itu, dirinya segera memerintahkan pada agen kapal, dan petugas dari Pusat Mencari dan Menyelamat Maritim (MRCC) untuk menjemput korban.
Keajaiban Allah juga terjadi pada Melawati (23). Jum’at lalu, wanita asal Nunggayo Tenaom, Aceh Jaya ini ditemukan selamat setelah terapung selama enam hari di lautan Hindia oleh sebuah perahu bot nelayan Malaysia yang tengah menangkap ikan tuna.
Melawati kemudian diantar ke Pelabuhan Tuna Antarabangsa Malaysia Batu Maung, Pulau Pinang sekitar jam 2 petang, Senin (3/1) lalu. (Berita Harian)