Hidayatullah.com–Komisi Pemilihan Umum pada Kementerian Dalam Negeri Iran dalam pengumuman resminya yang disampaikan tadi malam menyatakan bahwa suara yang dinyatakan sah sebanyak 29,32 juta. Dari jumlah itu, Rafsanjani meraih 6,15 juta suara dan menjadi pengumpul suara terbanyak, sedangkan Ahmadi Nejad berada di urutan kedua dengan perolehan suara 5,71 juta suara.
Dengan demikian, berdasarkan UU pemilu Iran, karena tidak ada satupun capres yang berhasil meraih lebih dari 50 %, maka proses pemilu dilanjutkan pada putaran kedua yang diikuti dua kandidat peraih suara terbanyak pada pemilu putaran pertama.
KPU juga mengumumkan bahwa jumlah suara tidak sah mencapai angka 1,2 juta. Pemilu kepresidenan putaran kedua akan berlangsung pada tanggal 24 Juni mendatang.
Amerika
Lolosnya Rafsanjani dan Ahmadinejad nampaknya kurang menyenangkan Amerika Serikat. Seorang tokoh penting Iran, Kemal Kharrazi menilai Bush terlalu ikut campur tangan urusan dalam negeri Iran, bahkan kasar memberikan penilaian terhadap masyarakat Iran.
Sehari sebelum pemilihan dilakukan, Bush mengatakan bahwa yang dibutuhkan di Iran sekarang ini adalah demokrasi. Namun Bush malahan menilai bahwa pemilihan yang sekarang terjadi tidak mencerminkan hal itu, karena partai Islam yang berkuasa terlalu memaksakan kehendak mereka.
Ini berkaitan dengan sistem pemilihan teokratis di Iran, di mana jabatan presiden tetap akan ditetapkan oleh pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Bahkan menurut Kemal Kharrazi, Bush telah menghina bangsa Iran dengan mengatakan bahwa Iran sebagai gudang terorisme dunia.
"Ini sungguh merendahkan bangsa Iran. Ia tanpa sadar, justru telah menjadi pemimpin teror. Ia (Bush) harus minta maaf kepada bangsa Iran," kata Kharrazi. (radio irib)