Jumat, 25 Nov 2005,
Hidayatullah.com–Buntut pemberitaan harian Inggris Daily Mirror, seluruh pegawai televisi Arab Al-Jazeera menggelar protes damai di depan kantor pusat di Doha, Qatar, untuk memprotes niat Presiden AS George W. Bush untuk mengebom kantor mereka. Protes serupa juga dilakukan di kantor-kantor cabangnya, seperti di Mesir, Lebanon, dan Pakistan.
Itu buntut pemberitaan harian Inggris Daily Mirror yang membocorkan memo sangat rahasia yang berisi Bush berniat mengebom Al-Jazeera kepada Perdana Menteri Tony Blair di Washington pada 16 April 2004. Mirror menyetop pembeberan lebih lanjut memo itu setelah diancam jaksa agung Inggris untuk diadili. Dua pegawai pemerintah Inggris diusut karena pembocoran tersebut.
Direktur Al-Jazeera di London Wadhah Khanfar menyatakan mencoba menemui Blair. "Kami meminta pertemuan darurat dengan perdana menteri Inggris beserta seluruh editor harian (Daily Mirror) dan lainnya di London," tegas Khanfar. "Kami tidak akan diam sampai mendapat kebenaran, yang akan kami publikasikan."
Dari Kairo, wartawan jaringan televisi terbesar di Timur Tengah itu ikut memprotes. "Kami mendesak PBB dan masyarakat internasional agar berita ini diselidiki," tegas Kepala Biro Kairo Hussein Abdel Ghani. "Ini gila melihat ancaman datang dari sebuah negara yang kami anggap sebagai model kita semua di dunia Arab."
Pada 8 April 2003, wartawan Al-Jazeera Tareq Ayyoub tewas setelah dihantam bom AS di Iraq. Jubir Deplu AS di Doha, Nabil Khoury, mengaku bahwa bom itu salah sasaran. Salah seorang staf Al-Jazeera Rashid Hamid Wali juga tewas ditembak saat merekam pertempuran di Karbala, kota basis Syiah, pada Mei 2004.
Setahun sebelumnya, November 2002, kantor perwakilan Al-Jazeera di Kabul, Afghanistan, juga lebur dihantam misil AS. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu karena seluruh kru kebetulan keluar kantor. Pejabat AS lagi-lagi berdalih tidak tahu bahwa sasarannya adalah kantor Al- Jazeera dan mengira sarang teroris.
"Seluruh staf Al-Jazeera memutuskan menggelar protes simbolik duduk di depan kantor di Doha dan biro perwakilan luar negeri untuk memprotes berita ini," ujar wartawan Youssef al-Shouli, yang juga menjabat wakil presiden Asosiasi Pembelaan Wartawan Arab.
Hadir pula pejabat pers Hizbullah Mohammed Afifeh dan Ibrahim Mussawi. Begitu juga Kepala Dewan Audiovisual Lebanon Abdelhadi Mahfuz.
"Pemerintah AS sedang menyerang kemerdekaan berekspresi yang menjadi salah satu prinsip dasar demokrasi Amerika," kecam Mahfuz. (afp/jp/cha)