Jum’at, 2 Desember 2005
Hidayatullah.com–Dilaporkan polisi anti huru-hara melarang para pemilih masuk TPS-TPS di Delta Nil. Saksi mata melaporkan seorang pendukung oposisi ditembak mati polisi. Selain itu pelbagai orang terluka dalam bentrokan dengan polisi. Polisi juga dilaporkan telah melempar granat gas air mata.
Partai oposisi terbesar Mesir, Al-Ikhwan al-Muslimun (Ikhwan) menuduh pemerintah berupaya sekuat tenaga mencegah para pemilih untuk memberi suara kepada partai tersebut.
Ratusan pendukung Ikhwan bahkan ditangkap beberapa hari lalu. Sejauh ini partai tersebut menang 76 dari 444 kursi dalam parlemen, lebih banyak ketimbang diduga sebelumnya.
Meski ada indikasi Ikhwan bertamabah suara, namun partai pemerintah pimpinan Presiden Husni Mubarak masih merupakan partai terbesar dalam parlemen.
Namun sejauh ini, banyak dipertanyakan apakah partai Mubarak berhasil meraih mayoritas duapertiga kursi dalam parlemen.
Hasil sementara pemilihan umum Mesir beberapa saat lalu menunjukkan kejutan pada penampilan al Ikhwan al-Muslimun yang selama ini sangat dilarang oleh pemerintah otoriter Mesir.
Ikhwan berhasil mengumpulkan 47 kursi parlemen, dibandingkan dengan 17 kursi pada parlemen terdahulu. Perkembangan ini penting bagi peta politik Mesir sejak pembunuhan Presiden Anwar Sadat tahun 1980.
Sejumlah pengamat mengaku tak terlalu terkejut dengan perolehan Ikhwan. Namun sejumlah media asing merasa paling takut kemenangan Ikhwan ini.
Sebuah website radio Nedherland, Belanda, mengaku khawatir jika Ikhwan menang, negeri ini akan seperti Al-Jazair. Media ini juga mempertanyakan kenapa pemerintah Mesir membiarkan saja Ikhwan menang.
Bagaimanapun, Barat pasti merasa terancam jika partai-partai Islam bisa memenangkan Pemilu dan memimpin parlemen. irib/hid/cha)