Hidayatullah.com–Beberapa hari terakhir negeri Paman Sam riuh rendah dengan suara pro dan kontra menyikapi komentar Obama terhadap kasus yang menimpa teman baiknya, Henry Louis Gates Jr., seorang profesor, penulis, dan pakar kajian Afrika-Amerika terkemuka di Universitas Harvard.
Kasus bermula ketika pada Kamis 16 Juli, Gates ditahan oleh Sersan James Crowley, petugas polisi dari kepolisian Cambridge, Massachusetts, wilayah tempat tinggalnya.
Crowley adalah petugas polisi yang datang pertama kali merespon laporan seorang wanita – tetangga Gates – yang melihat dua orang pria kulit hitam berusaha membuka pintu depan rumah Gates secara paksa.
Ketika tetangga Gates menelepon polisi, sebenarnya profesor itu baru saja pulang dari China. Ia mencoba membuka pintu rumahnya secara paksa karena pintunya macet, dibantu oleh sopir sewaannya.
Sebagaimana yang diceritakan Gates kepada Washington Post, polisi terus mengajukan pertanyaan meskipun ia telah menunjukkan SIM-nya dan kartu identitas dari Universitas Harvard.
Gates akhirnya juga mengajukan pertanyaan kepada polisi. Meminta petugas itu menunjukkan nama dan nomor lencananya. Karena permintaan itu, kata Gates, mereka jadi saling dorong.
Singkat cerita polisi akhirnya menahan Gates dengan alasan ia berteriak kepada petugas polisi yang berkulit putih, menuduhnya rasialis, dan menolak untuk tenang setelah Crowley meminta Gates menunjukkan identitasnya sebagai bukti bahwa ia tinggal di rumah itu.
Hari Selasa lalu, tuduhan atas Gates dibatalkan. Sebelumnya ia dibebaskan dengan membayar jaminan USD40. Gates menuntut permintaan maaf dari polisi karena menurutnya kasus itu bernuansa racial profiling, yaitu di mana seorang polisi langsung menuduh seseorang melakukan kejahatan semata-mata berdasarkan warna kulit pelaku, bukan karena ada bukti yang kuat.
Perdebatan semakin ramai ketika Presiden Barrack Obama diminta pendapatnya mengenai kasus itu, setelah ia memberikan keterangan pers tentang masalah perawatan kesehatan, pada Rabu (22/7) malam.
Dalam sorotan kamera yang disiarkan ke seluruh negeri, sebagaimana dikutip AP, Obama memulai komentarnya dengan mengatakan bahwa Gates adalah salah seorang temannya, dan ia tidak mempunyai bukti atas masalah tersebut. Selanjutnya ia mengatakan,
“But I think it’s fair to say, No. 1, any of us would be pretty angry, No. 2, that the Cambridge police acted stupidly in arresting somebody when there was already proof that they were in their own home. And No. 3 — what I think we know separate and apart from this incident– is that there is a long history in this country of African-Americans and Latinos being stopped by law enforcement disproportionately, and that’s just a fact.”
Kata “acted stupidly” itulah yang memicu kontroversi. Ditambah lagi Obama mengungkapkan fakta bahwa ada sejarah panjang di negeri itu, di mana orang Amerika keturunan Afrika dan Latin lebih sering kena masalah hukum secara tidak proporsional.
Pada hari Kamis, sebagian pemimpin kulit hitam mendukung Obama agar berbicara jujur mengenai masalah racial profiling.
Anggota Kongres yang berkulit hitam, Danny K. Davis, yang beberapa tahun lalu pernah disuruh menghentikan kendaraannya oleh polisi, dan menganggap kasusnya itu juga bernuansa racial profiling, berkata bahwa pernyataan Obama itu sangat tepat. “Apa yang menimpa saya dulu sama persis, tapi ketika itu saya dengan mobil saya,” katanya.
Barbara Lee dari Oakland, Ketua Congressional Black Caucus, mengatakan, “Apa yang dikatakan oleh presiden itu jujur dan benar. Ada sejarah panjang yang menyedihkan di negara ini, di mana orang Amerika keturunan Afrika dan orang kulit berwarna lainnya sering menjadi korban racial profiling.”
Sementara itu di sisi lain, banyak petugas hukum dari seluruh negeri ang mendukung Crowley. “Memberikan komentar dengan kata “stupidly” sepertinya bukan kata yang tepat,” kata Sersan Jay Trisler, seorang polisi yang sudah bekerja selama 24 tahun. “Ketika suatu masalah terjadi menyangkut kepolisian, kami tidak lekas menghakimi.”
Komisaris Polisi Robert Haas dari Kepolisian Cambridge mengatakan bahwa komentar Obama telah menyakiti institusinya. “Tanggapan saya adalah, bahwa institusi ini sangat terluka. Sangat menyinggung wibawa profesi,” katanya saat jumpa pers hari Kamis lalu.
Di lain pihak, ada kelompok yang melihat masalah itu tidak ada kaitannya dengan rasialisme. David Holway, Presiden International Brotherhood of Police Officers, pada hari Kamis mengirim surat kepada Obama yang isinya menuntut permintaan maaf.
Ia mempertanyakan, apakah Obama berpihak pada Gates karena ia seorang profesor, dan bukan “hanya seorang polisi dari kelas pekerja.”
Connie Rice, seorang pengacara HAM di Los Angeles, berkulit hitam, yang berperan penting dalam reformasi kepolisian Los Angeles, setuju jika dikatakan kasus Gates bukanlah contoh jelas dari racial profiling.
“Racial profiling itu ketika seorang petugas menghentikan kendaraan atau melakukan tindakan lain, hanya berdasar pada prasangka yang mereka miliki,” katanya.
Namun dengan hati-hati ia mengatakan, “Bukan berarti tidak ada unsur rasial pada peristiwa itu.” Petugas itu, kata Rice, sepertinya bertindak dengan arogansi kekuasaannya, yang bisa jadi dilatarbelakangi motif rasial.
Dan Gates, menurutnya, terkena apa yang ia istilahkan dengan “Black American Princess Syndrome.” “Kejadian itu sangat memalukan bagi Henry Louis Gates, karena memandang status dan jabatan yang dimilikinya, tidak mungkin polisi sampai menahannya demikian.”
Ia menambahkan, “Dalam sekejap, polisi tidak mengakui status yang Gates berhasil raih itu.”
“Polisi juga tidak mau kalah, karena ia telah ditantang. Jika mengalah ia akan terlihat lemah,” katanya.
“Tetapi Gates pun tidak mau kalah, karena polisi itu mengingatkannya pada penghinaan rasial yang ia dan keluarganya alami selama ini, sejak zaman perbudakan dulu.” Demikian penjelasan panjang Rice kepada LA Times.
Kamis (23/7), sepertinya Obama menyadari jika komentar sebelumnya membuat negerinya ricuh dalam perdebatan. Dalam wawancara dengan ABC News di acara Nightline, ia memberikan komentar berbeda.
Ia menyebut Crowley sebagai seorang “outstanding police officer.” Dan mengatakan, mungkin ketika itu terjadi silang kata antara Gates dan Crowley. Kedua belah pihak hendaknya tenang dan berkepala dingin menyelesaikan masalah.
Meskipun demikian Obama tidak menyatakan permintaan maaf atas ucapannya di hari Rabu. Ia tetap berpendapat bahwa polisi tidak perlu menahan Gates, karena ia telah membuktikan rumah itu adalah rumahnya sendiri. Apalagi ia juga seorang pria tua dan memakai tongkat.
Dalam kesempatan itu Obama juga mengatakan, “Ras tetap menjadi sebuah faktor di masyarakat ini.”
Amerika Serikat sebagai sebuah negara besar yang sangat membanggakan kebebasan, kemerdekaan HAM dan persamaan, masih harus mengerjakan “PR” besarnya.
Ketika Obama masih berkampanye dalam pemilihan presiden beberapa bulan lalu, Amerika diramaikan dengan protes dari para pemimpin kulit hitam atas kasus Jena Six, di mana para petugas hukum Louisiana menuntut enam orang remaja kulit hitam dengan tuntutan usaha pembunuhan, bukan dengan upaya pemukulan terhadap seorang pelajar kulit putih.
Kepolisian Los Angeles harus bergulat mengatasi banyaknya tuduhan racial profiling yang ditujukan kepada mereka. Bahkan jaksa Johnnie L. Cochran pernah ditarik keluar dari mobil Rolls-Royce-nya sambil mengangkat kedua tangannya di belakang kepala, ketika ia sedang bertugas menyelidiki kasus penyalahgunaan wewenang polisi di wilayah kerjanya itu.
Sekarang kantor kepolisian LA sudah mendapat nilai yang relatif lebih baik dari komunitas masyarakat kulit htam. Namun demikian, menurut laporan terakhir dari Harvard’s John F. Kennedy School of Government, “pola masalah yang sama” masih tetap ada. Petugas polisi masih sering menuduh orang Amerika keturunan Afrika, dan sebagian keturunan Latin, “menggunakan kekuatan” yang tidak proporsional dalam interaksinya dengan polisi.
Jika demikian, maka sangat bisa dipahami bila dalam bukunya “Colored People: A Memoir” tahun 1994, Henry Louis Gates Jr. menulis, meskipun menjadi orang kulit hitam bukanlah sebuah kehinaan, tapi bisa jadi tidak mengenakkan. “When I walk into a room, people still see my blackness, more than my Gates-ness, or my literaryness.” [di/berbagai sumber/hidayatullah.com]