Hidayatullah.com–Satu delegasi tingkat tinggi Sekretariat Organisasi Konferensi Islam (OKI) sedang berkunjung ke ibu kota China, Beijing, untuk membicarakan tentang nasib warga minoritas Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.
Delegasi yang dipimpin Duta Besar Syed Kasim Al-Masri, Penasihat Sekretaris Jenderal OKI, berada di Beijing sejak Sabtu (15/8) untuk kunjungan selama beberapa hari.
Kunjungan tersebut juga akan mempersiapkan rencana lawatan Sekjen OKI Ekmeleddin Ihsanoglu ke Beijing dalam waktu dekat atas undangan Pemerintah Republik Rakyat China.
Delegasi itu dijadwalkan memantau langsung kondisi warga Muslim Uighur di Provinsi Otonomi Xinjiang, dan warga Muslim Turkistan Timur di China. Warga Muslim di kedua kawasan itu merupakan penduduk minoritas di China.
Delegasi juga akan menyelidiki akar persoalan yang mengakibatkan munculnya aksi kekerasan belakangan ini di kawasan minoritas Muslim itu sehingga menewaskan ribuan orang.
Jika aksi kekerasan itu tidak segera diakhiri, maka bakal merenggangkan hubungan antara China dan dunia Islam, kata Sekjen Ihsanoglu baru-baru ini.
Sejak awal Juli lalu, Sekjen OKI melakukan kontak intensif dengan pemerintah Beijing dalam upaya menyelesaikan konflik tersebut.
Para Menteri Luar Negeri OKI dalam pertemuan ke-36 di Damaskus, Suriah, 25 Mei lalu, meminta Sekjen Ihsanoglu untuk melakukan kontak dengan Pemerintah China agar Beijing menjamin hak-hak warga Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.
Demo di Australia
Sementara itu, di tempat berbeda, sejumlah demonstran Muslim Uighur Australia berkumpul di depan konsulat China di Melbourne. Kelompok ini bergabung dengan pemimpin mereka di pengasingan yang sedang berada di kota tersebut untuk menghadiri Festival Film Internasional Melbourne.
Polisi Australia berdiri-siaga di luar konsulat China karena lebih dari seratus pengunjuk rasa Uighur menyanyi, sambil mengibar-ngibarkan bendera.
Mereka berkumpul di sini untuk melakukan aksi damai atas kerusuhan 5 Juli lalu, di wilayah Xinjiang China.
Setelah beberapa jam, peminpin Uighur di pengasingan itu tiba, untuk bergabung menuju rapat umum tersebut.
“Setiap kali saya melakukan perjalanan ke luar negeri, baik itu ke Australia, Jepang, Turki, Eropa, maupun belahan dunia lainnya, Partai Komunis China selalu berupaya mengganggu perjalanan saya dan menekan pemerintah untuk tidak mengeluarkan visa. Namun saya sangat berterima kasih kepada pemerintah Australia yang telah mengeluarkan visa bagi saya,” ujar Rebiya Kadeer, Peminpin Uighur di pengasingan.
Ia mengatakan bahwa mereka menentang segala bentuk kekerasan atau terorisme. [iina/ntd/ant/hidayatullah.com]