Hidayatullah.com–Parlemen Iran untuk kali pertama menyetujui wanita mengisi jabatan menteri di negara itu dalam masa 30 tahun.
Para anggota parlemen Iran menyetujui 18 dari 21 calon menteri yang diajukan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Ada tiga calon wanita yang diajukan Ahmadinejad untuk mengisi kursi di kabinetnya. Marzieh Vahid Dastjerdi lolos, sementara dua calon wanita lain ditolak.
Calon yang diajukan untuk mengisi kursi menteri pertahanan, Ahmad Vahidi, yang dinyatakan buron oleh Argentina atas pemboman maut terhadap sebuah pusat Yahudi pada tahun 1994, mendapat dukungan penuh.
Pemungutan suara atas calon menteri tersebut berlangsung menyusul beberapa bulan pertikaian setelah hasil pemilihan presiden bulan Juni menjadi sumber sengketa.
Para wartawan mengatakan, Marzieh Vahid Dastjerdi, yang dicalonkan menjadi menteri kesehatan wanita.
Di masa lalu, dia mengusulkan mulai diberlakukannya perawatan kesehatan terpisah di Iran. Menurut proposal itu, wanita akan merawat wanita, dan pria merawat wanita.
Kedua wanita yang ditolak adalah Fatemeh Ajorlou, yang dicalonkan menjadi menteri kesehateraan dan jaminan sosial, dan Susan Keshavarz, menteri pendidikan.
Calon ketiga yang ditolak adalah pilihan Ahmadinejad untuk menjabat menteri energi, Mohammad Aliabadi.
Ahmadinejad diberi waktu tiga bulan untuk mengajukan calon baru untuk menggantikan calon yang mereka telah tolak.
Parlemen juga menyetujui penunjukkan seorang panglima militer, Motafa Mohammad Najjar, menjadi menteri dalam negeri.
Pemungutan suara di parlemen berlangsung menyusul lima hari perdebatan sengit.
Sebelum voting berlangsung, Ahmadinejad menyeru para anggota parlemen agar menyetujui pilihannya, dan menyatakan, kartu suara mencerminkan “demokrasi sejati”.
Calon menteri perminyakan Massoud Mirkazemi, disetujui, meski muncul pertanyaan soal kecakapannya.
Sementara itu, Vahidi, yang dinilai merupakan sosok kontroversial di luar negeri, menerima suara terbanyak. Sebanyak 227 dari 286 angota parlemen, kata Ketua Parlemen Iran Ali Larijani.
Interpol telah menyebarkan surat perintah penahanan kepada diri Vahidi atas serangan terhadap Perhimpunan Bersama Israel-Argentina (AMIA) 15 tahun silam yang menelan 85 korban jiwa.
Israel dan Argentina mengutuk pencalonan Vahidi. Pemerintah di Buenos Aires menyebutnya “pelecehan terhadap korban” pemboman. Iran membantah terlibat dalam ledakan dan menyatakan perkara yang diajukan terhadap negara tersebut bermotif politik. [bbc/hidayatullah.com]
foto: Reuter Picture