Hidayatullah.com–Desakan terhadap AS dan negara-negara anggota koalisi militer di Afghanistan untuk menambah kekuatan tak mempan. Para petinggi AS pun masih berdebat soal perlu tidaknya menambah pasukan tempur di Afghanistan.
“Musuh telah berubah. Jumlah mereka makin besar,” kata Jenderal Abdul Rahim Wardak, Menteri Pertahanan Afghanistan, di hadapan anggota DPR, Sabtu (10/10) waktu setempat.
Menurut Wardak, sekitar 4.000 pejuang, sebagian besar dari Checknya, Afrika Utara, dan Pakistan ‘telah bergabung dengan Taliban dan terlibat pertempuran di Afghanistan.’
Wardak mengatakan, badan intelijen Afghanistan telah meminta tambahan kekuatan internasional untuk mengatasi ancaman dari orang-orang asing itu.
Para pejabat militer AS mengatakan belum bisa memberi komentar soal klaim bergabungnya pejuang-pejuang asing bersama Taliban.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Hanif Atmar menyatakan dukungan terhadap komandan pasukan AS di Afghanistan, Jenderal Stanley McChrystal, yang memfokuskan upaya melindungi warga sipil ketimbang hanya membunuh para gerilyawan.
“Bila target pertarungan ini hanya menghabisi Taliban, kita tidak akan menang. Bila (targetnya) menyelamatkan rakyat Afghan, kemungkinan itu ada,” kata Atmar.
Para pejabat Afghan sesungguhnya sudah menyentil kekhawatiran utama AS. Yakni tidak menambah pasukan ke Afghanistan sama dengan membuka pintu kepada kekuatan Al-Qaidah.
Pemerintah AS sendiri masih berdebat soal strategi di Afghanistan. Persoalan menjadi makin rumit karena ketidakpastian hasil pemilu presiden di negeri itu. Ada keraguan tentang kesahihan hasil serta kepemimpinan baru itu.
Seperti diketahui, Pemilu Agustus lalu masih menjadi sengketa dan pengumuman hasilnya ditunda karena ada dugaan kecurangan di seluruh negeri.
Tim penyelidik PBB kini tengah menganalisa data yang dikumpulkan oleh badan pengawas serta menghitung kembali perolehan suara di tempat pemungutan suara (TPS) yang dicurigai curang.
Hasilnya menunjukkan 13 persen TPS menunjukkan perolehan suara yang seimbang. Cukup untuk mengubah hasil yang selama ini diklam sebagai kemenangan Presiden Hamid Karzai. NATO dan Amerika berusaha keras menunjukkan ekstistensinya kepada dunia atas kedigdayaan di Afhanistan. Sayangnya, mereka terus kuwalahan menghadapi milisi pejuang dan Taliban. [ap/sur/hidayatullah.com]