Hidayatullah.com—Satu-satunya partai hanya Partai Demokrat Islam, menyatakan untuk berkonsentrasi penuh di pemilihan daerah. Sementara partai kedua lainnya, Partai Muslim Belanda, menyatakan kekurangan dana untuk melangsungkan kampanye.
Lebih dari 800 ribu muslim tinggal di Belanda. Jumlah itu mencapai enam persen dari total populasi.
Dalam situs Radio Netherlands ditulis, komunitas muslim terbagi, baik itu dari segi etnis, teologi, atau keyakinan politik.
Henny Kreeft, pendiri Partai Muslim Belanda yang juga seorang mualaf, menggambarkan perpecahan yang terjadi sangat besar, dan menurutnya kecil kemungkinan penggabungan partai-partai muslim.
“Jika itu dibutuhkan maka saya tidak keberatan. Namun saya ingin melihat apakah kami dapat memiliki visi yang sama. Itu yang paling penting,” ujar Henny Kreeft
Membutuhkan waktu
Hasan Kucuk, anggota dewan kota Den Haag dari partai Demokrat Islam terlibat dalam pendirian partai semacam itu. Ia ingin partainya seperti partai Kristen
Demokrat, yang merupakan gabungan berbagai partai Katolik dan Protestan, serta merupakan partai yang paling sukses dalam sejarah Belanda.
“Itu semua membutuhkan waktu. Pertama-tama anda harus menimbulkan kesadaran. Jika anda tahu bahwa warga muslim tidak memilih atau sedikit yang memilih, maka harus ada yang dilakukan. Kalau demikian maka anda harus lebih dahulu bermain di pemilihan wilayah,” ujar Hasan Kucuk.
Partai pimpinan Kucuk meraih sukses di tingkat kotamadya. Dan tentu saja partai muslim nasional cocok dengan tradisi Belanda atau di institusi agama yang lainnya.
Dalam waktu yang bersamaan, ada tiga partai berbasis Kristen di parlemen.
Ketika ditanya apakah partai muslim khusus dibutuhkan, ketimbang hanya mendorong muslim untuk turut serta dalam partai yang sudah ada, baik Kucuk atau Kreeft mengatakan bahwa warga muslim yang aktif di partai yang sudah ada merasa frustasi. Pandangan muslim mereka tidak dapat terpenuhi, kata kedua politisi.
Alasan lainnya bagi partai muslim adalah memberi jawaban kepada partai anti Islam, Partai Kebebasan pimpinan Geert Wilders. Partai Kebebasan itu populer di jajak pendapat, dan berupaya meraih sukses. Maka apakah sekarang merupakan kesempatan baik bagi partai-partai Islam untuk bergabung dan menentangnya.
Profesor Nico Landman dari Universiteit Utrecht setuju hal itu. Menurut Nico, ini sebenarnya kesempatan besar bagi partai Islam.
“Ya saya rasa, itu akan menciptakan kesempatan besar. Namun pertentangan itu membutukan pemimpin yang berakar di komunitas dan mendapat kepercayaan pemilih. Ada banyak potensi, namun tidak seorang pun yang maju yang dapat dipercaya untuk meraih pemilih yang besar,” ujar Nico Landman.
Pada 10 Juni nanti sehari setelah pemilihan parlemen, tampaknya kelompok muslim belum memiliki partai di parlemen Belanda. [rnwl/hidayatullah.com]