Hidayatullah.com–Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, hari ini mengatakan umat Islam seharusnya tidak mengharapkan keadilan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Wilayah Muslim telah digunakan sebagai makanan ternak dalam permainan besar selama beberapa periode terakhir. Sumber dayanya telah dijarah dan perbatasannya telah digambar ulang, ”katanya dalam upacara penghargaan untuk Dewan Riset Ilmiah dan Teknologi Turki (TUBITAK) dan Akademi Ilmu Pengetahuan Turki (TUBA) di Ankara sebagaimana dikutipYenisafak.
“Sistem global baru telah mendukung dunia Muslim ke sudut. Dalam Orde Baru ini, umat Islam tak diberi suara untuk menentukan masa depan mereka sendiri, juga tidak memiliki suara dalam masa depan umat manusia.”
Karena itu dia mengatakan umat Islam tidak mungkin hanya mengacu pada lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, China, Prancis, Rusia, Inggris Raya dan Amerika Serikat.
“Dunia lebih besar dari lima. Ada 194 anggota, tetapi bukankah 15 anggota memiliki nilai sama ?”Mereka tidak. Saya pikir itu dibuat berdasarkan keadilan? Jangan mencari keadilan di Dewan Keamanan PBB atau PBB. Itu tidak ada di sana.”
Baca: Pidato Erdoğan di Sidang Umum PBB, Kritik Sikap Loyo Hadapi Israel
Menurutnya, ada penyimpangan dari semua ini. Sebab dengan populasi 1,7 miliar orang, dan tidak ada satupun Negara Muslim memiliki anggota tetap di Dewan Keamanan PBB.
“Fakta bahwa dunia Muslim, memiliki populasi 1,7 miliar orang, bahkan tidak memiliki satu anggota tetap di Dewan Keamanan PBB, adalah hasil dari penyimpangan ini. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa dunia lebih besar dari lima , “simpulnya.
Baca: Erdogan Sebut Uni Eropa Tak Memegang Janjinya Mendukung Pengungsi
Erdogan mengatakan ini adalah salah satu alasan mengapa ia mencari reformasi di Dewan Keamanan PBB dengan slogan ‘dunia lebih besar dari lima’.
Slogan itu menjadi terkenal karena sering digunakan berulang kali sambil merujuk pada lima anggota tetap Dewan Keamanan Tiongkok; Prancis; Rusia, Inggris Raya; dan Amerika Serikat (AS).
September lalu, ketika menghadiri Majelis Umum PBB di New York, Perdana Menteri Dr Mahathir Mohamad juga menyuarakan pandangan yang sama ketika mengkritik PBB karena menolak untuk mereformasi Dewan Keamanan.
Di antara yang lain, katanya, lima negara berdasarkan kemenangan mereka lebih dari 70 tahun yang lalu tidak bisa mengklaim hak untuk menguasai dunia sebagai tebusan selamanya.*